In Memoriam Carolus “Wiwiek” Wiharjanto, Violis Alumnus Seminari Mertoyudan 1978

1
1,214 views
RIP Carolus Wiwiek Wiharjanto.

DENGAN nafas tergopoh-gopoh, saya turun mengangkat koper berat warna ungu dari bus jurusan Magelang-Yogya dan turun di Terminal Terban. Lalu bersambung kemudian dengan angkot menuju arah utara. Tidak jauh dari Terminal Terban. Lalu berhenti di sebuah gang kecil di sebelah kiri jalan.

Meniti jalan kecil menuju rumah sederhana di ujung jalan. Di  situlah rumah Carolus “Wiwiek” Wiharjanto berada. Di depan rumah waktu itu sudah berdiri Mas Sugeng Wiyono yang waktu itu menjadi frater diosesan KAS dan tinggal di Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan.

Ia adalah kakak kandung Wiwiek. Keduanya adalah alumnus Seminari Mertoyudan. Mas Sugeng kiranya alumnus tahun 1973. Wiwiek masuk Seminari Mertoyudan tahun 1978 bersama dengan 62 teman seangkatannya; termasuk penulis.

Kisah sederhana di atas terjadi tahun 1980. Saat saya mau pulang ke rumah –karena liburan Natal—dan saya boleh mengunjungi rumah teman seangkatan. Sekedar melepas rasa ingin tahu bagaimana rasanya bisa menginap di sebuah rumah milik “orang kota”.

Almarhum Wiwiek jongkok nomor dua dari kiri saat menghadiri misa peringatan setahun meninggalnya Andreas Try Haryono di Turi, Sleman, DIY. (Ist)

Diajak jalan

Sehari semalam saya menginap di rumah Wiwiek tahun 1981. Siang hari, saya diajak jalan-jalan di sekeliling rumahnya. Di situ ada gang lain di mana berlokasi sebuah kuburan Cina yang sangat luas dan besar. 

Itulah untuk pertama kalinya, saya dibuat “tahu” apa itu bong -kompleks makam Cina yang di kampung penulis tidak ada kompleks kuburan dengan nisan segede-gede “gajah” itu .

Lalu, kami berdua menuruni gang kecil itu. Dan di ujung jalan ini ada lorong kecil yang ujung akhirnya ada jalan jojrok menuju Kali Code. Kami “terjun” ke sungai itu dan melihat sana-sini.

Inilah pengalaman ringkas penulis pernah bergaul akrab dengan Carolus Wiwiek Wiharjanto.

Sakit beberapa lama

Pada hari Minggu tanggal 27 Desember 2020 ini, Wiwiek meninggal dunia setelah beberapa bulan terakhir ini mengalami sakit serius.

Saking seriusnya sakit itu, almarhum Wiwiek sampai dirawat oleh adik kandungnya. Saat berada di rumah sakit, asupan makanan juga kadang harus disuapi.

Almarhum C. Wiwiek Wiharjanto. (Ist)

Perjalanan almarhum Wiwiek di Seminari Mertoyudan terbilang lama. Bersama teman-teman seangkatan, almarhum Wiwiek masuk kompleks Seminari Mertoyudan tanggal 6 Januari 1978.

Ia meninggalkan Seminari Mertoyudan tahun 1981. Sore-sore hari setelah bertemu Rektor Seminari Mertoyudan Romo Julius Darmaatmadja SJ yang belakangan menjadi Uskup KAS  dan KAJ dan mendapat gelar menjadi Kardinal.

Atas alasan apa dan mengapa keluar -seperti biasa- kami tidak pernah tahu. Bahkan sampai sekarang.

Hampir berturutan kejadiannya. Wiwiek meninggalkan kami dan kemudian Widiatmoko dari Paroki Blok B Jakarta.

Bisa juga sebaliknya. Widi keluar lebih dulu, barulah kemudian Wiwiek.

Yang pasti, di batok memori penulis masih menancap sangat kuat akan sosok Wiwiek. Selama 2,5 tahun tinggal bersama di Seminari Mertoyudan itu, Wiwiek adalah penggiat main biola yang andal. Bakat terpendam sebagai pemusik juga sangat menonjol. Barangkali dia termasuk satu seminaris di angkatan kami yang sangat getol bermain biola.

Almarhum Carolus Wiwiek Wiharjanto baris kedua paling kiri saat reunian angkatan di Karangpanas, Semarang, Juli 2019 lalu. (Ist)

Dan itu terbukti ketika beberapa tahun kemudian. Ia berhasil bergabung masuk menjadi anggota Vokalista Sonora (Vocason).

Bahkan hampir 30 tahun lalu -saat ia masih bekerja sebuah perusahaan PJTKI di kawasan Manggarai di Jakarta Selatan- Wiwiek pernah berkisah dirinya sangat senang telah bisa berkeliling Eropa mengikuti program manggung Vocason tersebut.

Perjumpaan penulis putus oleh perjalanan waktu.

Hanya sempat berkabar-kabar ria tentang keberadaan almarhum, ketika penulis sering mengunjungi Kantor Redaksi Harian Kedaulatan Rakyat di Jl. Mangkubumi untuk menyerahkan naskah opini kepada Redaksi. Saat itu, Mas Sugeng Wiyono –kakak kandung Wiwiek- menjadi wartawan senior di korannya orang Yogya ini.

Sehari sebelumnya

Kisah sakitnya Wiwiek sangat mengejutkan. Tidak pernah terbetik kabar apa pun sebelumnya bahwa dia sakit serius.

1-2 tahun lalu, ia berkabar ria melalui SMS bahwa dia sekarang menjaga sebuah lahan di tepi jalan raya di mana sembari menjaga lahan itu dia berjualan aneka barang seni. Yang pasti, kata Wiwiek waktu itu, “Saya hanya dipasrahi saja untuk jualan dan menjaga lahan ini.”

Ia berkabar pada penulis karena merasa ada sejumput emosi keakraban lantaran saya pernah mengunjungi rumahnya di Terban dan menginap semalam.

Rumah besar itu di kawasan Yogya  bagian selatan ada pohon mangga dengan buahnya melimpah. Sekali waktu, Wiwiek pamer mangga-mangga itu di kelompok Alumni Mertoyudan 78. Intinya, jangan sungkan mampir di atelier-nya dan membawa pulang mangga-mangga itu.

Saya belum berkesempatan menengoknya. Terakhir ketemu di Semarang Juli tahun 2019 lalu saat kami berjumpa lagi di forum reuni angkatan.

Wiwiek datang agak telat. Mungkin sehari sebelum acara reunian ini berakhir. Juga Bruder Marcel Mulargana FC.

Kedua orang yang telat datang itu kini telah meninggal dunia. Isteri Wiwiek sudah meninggal sejak lama. Mungkin sudah 10 tahun silam.

Sakramen Pengurapan Orang Sakit

Yang membuat penulis dan teman-teman angkatan merasa melas dengan Wiwiek tentu saja sebuah pemandangan tragis menyesak hati. Ketika sepekan lalu, Wiwiek menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit.

Almarhum Carolus Wiwiek Wiharjanto menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit hanya beberapa hari sebelum Natal 2020.

Tangan Wiwiek masih memberi reaksi saat seorang imam Jesuit dari Paroki Kotabaru memberikan sakramen tersebut. Lalu dua hari lalu, anak kandungnya menikah di Gereja Baciro tanpa kehadirannya.

Dua episode kehidupan Wiwiek yang telah membetot emosi. Tidak hanya bagi penulis, tapi segenap teman angkatan 78 yang pernah bersama-sama selama 2,5 tahun berada-bersama di Seminari Mertoyudan.

Pernikahan Florentine Wina, puteri kandung almarhum Wiwiek Wiharjanto, di Gereja Baciro sehari sebelum ayahnya meninggal dunia. (Ist)
RIP Carolus Wiwiek Wiharjanto.

Requiescat in pace et vivat ad vitam aeternam.

1 COMMENT

  1. Saya merasa dekat dg alm.krn dlm bbrp tahun ini alm selalu bekerjasama dg kelompok koor kami/lansia. Terakhir bln Februari/Maret masih melatih kami unt lomba koor lansia yg tiba” dibatalkan krn ada pandemi. Bln Agustus masih menelpon mengatakan kl sakit dan akan istirahat di Terban. Kami sedih krn selama pandemi tdk boleh mengunjungi orang sakit. Jadi kami hanya mendoakan. Badannya mulai agak kurus itu sejak awal tahun ini. Katanya tdk ada nafsu makan. Saya tdk menyangka kl akan separah itu sakitnya dan kagèt ketika lihat fotonya. Pernah saya mencoba akan memperkenalkan dia dg seorang wanita paro baya, cantik, kaya, lajang dan katolik. Tapi belum” sudah menjawab : ” Terimakasih bu, saya mau “ndhèrèk” Dewi Maria saja .”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here