- Kis 13:44–52.
- Yoh 14:7–14
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Injil hari ini merupakan kelanjutan dari percakapan Yesus dengan para murid menjelang sengsara-Nya. Setelah Tomas mengungkapkan kebingungannya tentang jalan yang harus mereka tempuh, kini Filipus mengungkapkan kerinduannya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” (Yoh 14:8).
Permintaan Filipus terdengar tulus dan jujur—sebuah keinginan mendalam untuk melihat dan mengalami Allah secara langsung. Yesus menanggapi dengan penuh kesabaran dan kasih. Ia berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” (Yoh 14:9).
Di sini Yesus menyingkapkan sebuah kebenaran iman yang sangat dalam: bahwa mengenal Dia berarti mengenal Bapa. Ia adalah jalan, kebenaran, dan hidup – tanpa Dia, manusia tidak akan sampai kepada Bapa.
Filipus, seperti Tomas sebelumnya, masih menggunakan pendekatan manusiawi—antropologis dan empiris. Ia ingin mengenal Allah melalui pengalaman langsung, seperti kita mengenal seseorang dari babat, bibit, dan bobot dalam budaya kita: silsilah, kepribadian, dan kualitas hidup.
Namun Yesus mengajak untuk melampaui logika manusia dan masuk ke dalam logika iman. Dengan sabda-Nya, Yesus menegaskan bahwa kehadiran-Nya adalah kehadiran Allah sendiri. Ia adalah citra sempurna Bapa—bukan sekadar wakil, tetapi sungguh-sungguh satu dalam hakekat dan kasih dengan Bapa.
Yesus menampilkan dua dimensi pewahyuan ilahi
- Dimensi teologis, bahwa Ia satu dengan Bapa dan siapa pun yang melihat Dia telah melihat Bapa;
- Dimensi misioner, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya akan melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, bahkan lebih besar dari yang telah Ia lakukan.
Yesus ingin para murid tidak sekadar mengenal Bapa lewat pengetahuan, tetapi melalui relasi hidup dalam iman. Maka Ia mengundang mereka untuk percaya, meski belum memahami sepenuhnya. Iman adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan misteri ilahi yang melampaui akal.
Refleksi ini kelak diterangi oleh kebangkitan dan pencurahan Roh Kudus, di mana para murid akhirnya menyadari dan mengalami sendiri bahwa Yesus adalah Putra Allah yang sehakikat dengan Bapa.
Dari sinilah Gereja merumuskan dogma penting: Allah Tritunggal, yakni Bapa, Putra, dan Roh Kudus—tiga pribadi dalam satu hakikat ilahi.
Kisah para murid, termasuk Tomas dan Filipus, mencerminkan dinamika iman kita: dari kebingungan menuju pemahaman, dari keingintahuan menuju kedalaman iman, dari keraguan menuju kesaksian yang kokoh. Para murid akhirnya menjadi pionir pewartaan Injil, saksi Kristus yang berani dan militan. Mereka tidak hanya memahami, tetapi juga mewartakan dan memberikan hidup mereka demi Kabar Gembira.
Pertanyaannya sekarang:
- Apakah kita juga sedang berada dalam proses pertumbuhan iman itu?
- Apakah kita masih berada pada tahap ingin “melihat langsung,” atau sudah mulai percaya meski belum semua dapat kita pahami?
- Apakah kita siap menjadi saksi Kristus yang setia di tengah dunia yang penuh tantangan?
Mari kita kenali Yesus lebih dalam melalui Sabda-Nya. Renungkanlah sabda itu setiap hari dan biarkan terang Roh Kudus membuka mata hati kita. Dengan demikian, kita pun dimampukan untuk mengenal Bapa, hidup dalam kebenaran, dan menjadi saksi kasih di tengah dunia.
Tuhan memberkati kita semua. Amin.