Lectio Divina 1.5.2025 – Percaya pada-Nya untuk Hidup Kekal

0
226 views
Yesus mewartakan hidup kekal, by Gustave Dore

Kamis. Minggu Paskah II, Hari Raya Santo Yusuf Pekerja (P)

  • Kis. 5:27-33
  • Mzm. 34:2.9.17-18.19-20
  • Yoh. 3:31-36

Lectio

31 Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi adalah dari bumi dan berkata-kata tentang hal-hal di bumi. Siapa yang datang dari surga adalah di atas semuanya. 32 Ia bersaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tidak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu.

33 Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku bahwa Allah adalah benar. 34 Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.

35 Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. 36 Siapa saja yang percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi siapa saja yang tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”  

Meditatio-Exegese

Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia

Setelah dikeluarkan dari penjara secara ajaib, para rasul mewartakan Yesus di Kenisah. Kesaksian mereka menggoncang Majelis Agama Yahudi, Sanhedrin.

Para imam, Saduki dan Farisi bertanya mengapa mereka bisa lepas dari penjara yang terkunci rapat dan dijaga ketat. Maka, diputuskan penangkapan terhadap Petrus dan Yohanes dengan tanpa kekerasan.

Dalam sidang, mereka melarang para rasul bersaksi tentang Yesus. Yesus seolah menjadi kerikil dalam sepatu anggota majelis itu. Ia tidak pernah mereka kehendaki, bahkan mereka pun tak pernah mau menyebut nama-Nya.

Mereka menggunakan ungkapan  ‘Nama itu’ dan ‘Orang itu’. Padahal, Allah memanggil masing-masing orang dengan namanya dan menjadi milik-Nya, “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.” (Yes. 43:1).

Bahkan nama masing-masing dilukis dalam telapan tangan-Nya. Sabda-Nya (Yes. 49:16), “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.”, Ecce in manibus meis descripsi te; muri tui coram me semper.

Ketujuh puluh satu anggota Sanhedrin terus mengingatkan, “Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami.” (Kis. 5:28).

Sebelum kebangkitan Yesus, kedua rasul itu dipenuhi dengan ketakuatan, tetapi setelah peristiwa Pentakosta, Roh Kudus tinggal di dalam hidup masing-masing, mereka dengan gagah berani bersaksi (Kis. 5:29), “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”, Oboedire oportet Deo magis quam hominibus.

Selanjutnya, kedua Rasul itu menyampaikan alasan pewartaan iman dan pembelaan diri: Allah yang diimani Abraham, Ishak dan Yakub telah membangkitkan Yesus, yang disalib dan dibunuh, dari kematian. Tak dapat diragukan lagi bahwa para penuduh erat terkait dengan kematian Yesus karena didorong oleh pandangan keagamaan yang picik dan kepentingan politik yang sempit.

Namun, di atas salib Ia ditinggikan Allah. Peninggian di salib bermakna bahwa Yesus dimuliakan sebagai Perintis (Terjemahan Baru 2), ἀρχηγός, archegos dan Juruselamat (Kis. 5:30). Kata archegos dibentuk dari dua kata ἀρχή, arche dan ἄγω, ago dan erat terkait dengan kata ἀρχων, archon.

Kata archon berpadanan dengan kata pemimpin, yang utama dalam kekuasaan, seperti pemimpin Yahudi (bdk. Kis. 4:5.8.26); sedangkan kata archegos yang mengacu pada Yesus memiliki makna yang jauh lebih mendasar: pencipta, pemimpin tertinggi/agung, orang yang memulai sesuatu/perintis. Para pemimpin Yahudi tidak penah memiliki kuasa mutlak dan kuasa itu sekarang ditiadakan, karena kuasa itu sekarang berpusat pada Kristus dan berasal dari-Nya.

Gelar Perintis dan Penebus disematkan kepada Yesus. Dalam pembelaannya pembelaannya di hadapan Sanhedrin, Stefanus mengungkapkan bahwa gelar pemimpin dan pembebas disematkan juga pada Musa, yang mempralambangkan Kristus, tetapi ia juga mengalami pengalaman penolakan (Kis. 7:35). Perbandingan antara Yesus dan Musa yang diungkapkan secara tersirat pasti tidak disukai para pemimpin dan hakim di Mahkamah Agama.

Para Rasul adalah saksi dari segala apa yang mereka katakan. Mereka tidak mungkin bersaksi tentang apa yang tidak mereka alami dan ketahui. Dan Roh Kudus menyertai mereka.

Kesaksian mereka diarahkan dan dikuatkan oleh “Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.” (Kis. 5:31). Mendengar kesaksian itu, amarah menyelimuti para pemimpin sehingga mereka merencanakan pembunuhan terhadap para Rasul.

Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia

Setelah dikeluarkan dari penjara secara ajaib, para rasul mewartakan Yesus di Kenisah. Kesaksian mereka menggoncang Majelis Agama Yahudi, Sanhedrin.

Para imam, Saduki dan Farisi bertanya mengapa mereka bisa lepas dari penjara yang terkunci rapat dan dijaga ketat. Maka, diputuskan penangkapan terhadap Petrus dan Yohanes dengan tanpa kekerasan.

Dalam sidang, mereka melarang para rasul bersaksi tentang Yesus. Yesus seolah menjadi kerikil dalam sepatu anggota majelis itu. Ia tidak pernah mereka kehendaki, bahkan mereka pun tak pernah mau menyebut nama-Nya.

Tidak pernah mau mengakui kebenaran-Nya, mereka menggunakan ungkapan  ‘Nama itu’ dan ‘Orang itu’. “Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami.” (Kis. 5:28).

Padahal, Allah memanggil masing-masing orang dengan namanya dan menjadi milik-Nya, “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.” (Yes. 43:1).

Bahkan nama masing-masing dilukis dalam telapan tangan-Nya. Sabda-Nya (Yes. 49:16), “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.”, Ecce in manibus meis descripsi te; muri tui coram me semper.

Atas, surga, bumi

Santo Yohanes menyajikan pertentangan antara ‘atas’ dan ‘surga’ dengan ‘bumi’. ‘Atas’ dan ‘surga’ mengacu pada Allah. Sebaliknya, ‘bumi’ mengacu pada kejahatan.

Maka, siapa pun yang datang dari atas, ia berasal dari Allah. Sedangkan yang datang dari bumi, berasal dari kejahatan.

Yesus datang dari atas atau surga, maka Ia berasal dari Allah dan memberi kesaksian tentang apa yang di lihat-Nya dan didengar-Nya dari Allah (Yoh. 3:32. 34). Kata kerja dan kata benda yang digunakan: μαρτυρει, marturei dan μαρτυριαν, marturias, berasal dari kata kerja martureo, bersaksi di bawah sumpah di pengadilan.

Maka, ketika Yesus berbicara tentang Allah, Ia memberi kesaksian di bawah sumpah bahwa apa yang diucapkan dan dilakukan-Nya adalah benar. Barang siapa yang menerima kesaksian-Nya bahwa Allah adalah benar, ia dibenarkan oleh Allah (Yoh. 3:33). 

Sebaliknya, barang siapa tidak menerima kesaksian-Nya, ia berasal dari bumi, kejahatan. Ia hanya mengenal dan melakukan kejahatan atau berbicara dalam bahasa bumi atau bahasa kejahatan (Yoh. 3:31).

Siapa pun yang menerima kesaksian-Nya dianugerahi Roh Allah, Roh Kudus (Yoh. 3:34). Roh inilah yang menuntun, membuka dan mengarahkan hati dan budi kepada Sang Kebenaran.

Tuhan bersabda (Yoh. 16:13), “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.”, Cum autem venerit ille, Spiritus veritatis, deducet vos in omnem veritatem.

Santo Augustinus dari Hippo menulis, “Aku percaya agar aku mampu memahami; dan aku memahami agar mampu percaya dengan lebih baik.”

Kepercayaan itu menyingkapkan relasi kasih Allah dan Yesus, serta  Ia telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya (Yoh. 3:34). Santo Paulus menyatakan bahwa dalam Dialah berdiam seluruh kepenuhan ke-Allah-an (Kol. 1:19; 2:9).

Melalui Yesus, Allah menyelamatkan manusia dan menganugerahkan pada manusia hidup kekal, tetapi pilihan tetap ada di tangan manusia. “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan…

Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk.

Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suaraNya dan berpaut pada-Nya.” (Ul. 30:15-20).

Yesus menghendaki manusia memilih untuk percaya pada-Nya. Siapa pun yang menerima dan percaya pada Yesus dianugerahi hidup kekal,  karena Allah adalah hidup. Sabda-Nya (Yoh. 3:36), “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal.”, Qui credit in Filium, habet vitam aeternam.

Katekese

Muliakanlah Tuhan senantiasa. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:

“Kapan kalian harus ‘memuliakan Tuhan?’ Kapan Ia mencurahkan berkat pada kalian? Ketika barang-barang duniawi melimpah? Ketika kalian memiliki gandum, minyak, anggur, emas, perak yang tak terhitung…

Ketika tubuh fana kalian sehat, tak terluka dan bebas dari penyakit. Ketika setiap hal yang lahir dari harta milik kalian tumbuh subur, dan tak satu pun lenyap oleh kematian yang datang tak kenal waktu. Ketika segala jenis kebahagiaan membanjiri rumah kalian dan kalian memiliki segala yang kalian kehendaki secara berlimpah ruah?

Apakah saat ini menjadi saat kalian memuliakan Tuhan? Tidak! Di setiap waktu. Maka, kalian harus memuliakan Tuhan senantiasa dari waktu ke waktu, atau karena Tuhan Allah berkehendak untuk mendidik kalian.

Hal-hal bagus ini mengajarkan kalian untuk rendah hati atau akan diambil dari kalian, ketika hanya sedikit usaha atau yang baru saja dilakukan lenyap. Hal ini terjadi, dan mengakibatkan kemiskinan, kekurangan, kesulitan, keputus-asaan dan pencobaan.

Tetapi, kalian harus bermadah, “Aku akan memuliakan Tuhan sepanjang waktu. Pujian bagi-Nya akan keluar dari mulutku selalu.” Maka, ketika Tuhan menganugerahkan apa yang baik, pujilah Dia.

Ketika Ia mengambil semua itu, pujilah Dia. Tuhanlah Sang Pemberi. Tuhanlah Yang mengambil. Namun, Ia tidak pernah meninggalkan setiap orang yang memuliakan-Nya.” (Expositions Of The Psalms  34.3)

Oratio-Missio

Tuhan, anugerahilah aku keberanian untuk selalu memilih apa yang baik, benar, dan adil; serta menolak apa yang palsu, bodoh dan berlawanan dengan kehendak-Mu. Amin. 

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk beroleh hidup kekal?

Qui credit in Filium, habet vitam aeternam – Ioannem 3:36

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here