Lectio Divina 19.09.2020 – Firman pun Bisa Gagal

0
886 views
Ilustrasi - Menabur benih by Redeeming God

Sabtu (H)

  • 1Kor. 15:35-37,42-49
  • Mzm. 56:10,11-12,13-14
  • Luk. 8:4-15

Lectio

4 Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan: 5  “Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. 6  Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air.

7  Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. 8  Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar.”

9  Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. 10  Lalu Ia menjawab: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.

11 Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. 12 Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. 13  Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.

14  Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. 15 Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”

Meditatio-Exegese

Berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan

Yesus memiliki kemampuan mengajar mengagumkan. Ia menggunakan kosa kata sederhana untuk menyingkapkan Kerajaan Allah, yang sering sulit dipahami, dalam perumpamaan. Ia menyingkapkan kebenaran yang tersembunyi tentang Kerajaan Allam melalui gambaran sederhana yang mampu dicerna oleh orang yang tidak mengenyam pendidikan sekali pun.

Para pendengar-Nya di Galilea, dan pendengar jaman sekarang, sangat biasa mendengar dan memahami tentang benih, tanah pertanian, hujan, matahari, garam, bunga, panen, menangkap ikan, dan sebagainya.

Seorang nelayan, misalnya, pasti bisa berkisah, “Menjala ikan dan jala, aku tahu dengan baik. Yesus menerangkan bahwa keduanya erat berkaitan dengan Kerajaan Allah. Apa susahnya memahami ajaran-Nya?” 

Perumpamaan yang disabdakan-Nya berakar dan merasuk di hati para pendengar-Nya  dan memicu mereka untuk mendengarkan getar suara alam, dan, akhirnya, mengajak mereka untuk merenungkan serta meningkatkan kualitas hidup. Maka, Santo Lukas menulis, ”Berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan.” (Luk. 8:4).

Banyak orang berbondong-bondong menemui Yesus. Mereka berasal dari pelbagai kota di Galilea, bahkan Yudea dan daerah lain, seperti Tirus dan Sidon. Pada mereka yang datang mengerumuni-Nya, Ia mengajar dengan perumpamaan ini.

Santo Markus malah menjelaskan bagaimana Yesus mengisahkan perumpamaan ini: Yesus naik ke perahu dan duduk di atasnya untuk mengajar orang-orang yang berdiri dan duduk di pantai (Mrk. 4:1). 

Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya

Santo Lukas menyajikan perumpamaan dari dunia petanian. Pada waktu itu, tidak mudah untuk mengandalkan hidup dari bercocok tanam di Palestina. Tanah keras, karena berpadas; sedikit curah hujan, dan lebih banyak panas terik. Di samping itu, sering kali, orang membuat jalan pintas melintasi ladang; dan, tentu saja, menginjak-injak tanaman (Mrk. 2:23).

Cara bertanam pun berbeda dengan jaman sekarang. Pada jaman Yesus, di Palestina, para petani begitu saja menabur benih di ladang begitu saja. Mereka percaya akan daya kekuatan benih untuk tumbuh, berbunga dan berbuah. Mereka menggantungkan hidup pada kebaikan alam. 

Hendaklah ia mendengar

Yesus menutup perumpamaan dengan ungkapan (Luk 8:8), “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Qui habet aures audiendi, audiat. Ia mengajak untuk merenungkan, memahami dan mencerna kebenaran warta Injil. 

Yesus paham benar bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menemukan makna perumpamaan. Pengalaman hidup tiap orang, bagi-Nya, selalu menjadi sarana untuk mengenali dan menemukan kehadiran Allah dalam hidup sehari-hari. Maka tiap orang tidak boleh berkecil hati, karena Ia mau ditemui. 

Perumpamaan bukan kisah yang langsung dapat dipahami maknanya. Ia menggundang pendengar untuk ambil bagian dalam kisah itu melalui perenungan.

Dengan cara ini Yesus mengundang tiap pribadi untuk menemukan pesan-Nya, dimulai dari pengalaman seseorang tentang benih. Pengalaman pribadi dan pergulatannya dengan perumpamaan selalu memicu kreativitas untuk terus ambil bagian dalam kisah-Nya.

Benih itu ialah firman Allah

Di rumah, saat tanpa gangguan dari orang banyak,  para murid bertanya tentang makna perumpamaan itu. Yesus menanggapi dengan kalimat yang sangat sulit dipahami, “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.” (Luk 8:10).

Ia tidak bermaksud menyembunyikan apa yang didengar dari Bapa-Nya; Ia tak hendak membuat orang banyak jauh dari pengenalan akan Allah dan Kerajaan Allah; Ia tak hendak membiarkan orang dalam ketidaktahuan akan makna Kerajaan Surga. Yesus menyatakan bahwa perumpamaan digunakan untuk menyingkapkan makna Kerajaan Sorga, “sesuai dengan pengertian mereka.” (Mrk 4:33).

Suatu perumpamaan pada saat yang sama : menyingkapkan dan menyembunyikan. Perumpamaan menyingkapkan kebenaran bagi mereka yang tinggal di dalam dan menerima Yesus sebagai Mesias, Hamba Tuhan yang menderita.

Di samping itu, perumpamaan sekaligus menyembunyikan kebenaran bagi mereka yang memaksa Yesus untuk menjadi mesias palsu yang datang sebagai raja diraja. Bagi golongan ini, mereka memahami jalinan kisah perumpamaan, tetapi tidak memahami kebenaran yang hendak diwahyukan.

Sang penabur menabur benih (Luk. 8:11), “benih itu ialah firman Allah.”, Semen est verbum Dei. Firman Allah adalah Yesus Kristus sendiri. Kabar Suka Cita Yesus Kristus, yang menawarkan keselamatan dan hidup kekal (bdk. Yoh 3:16), terus ditaburkan dari generasi ke generasi.

Setiap generasi, setiap manusia yang menerima benih firman Allah, memiliki kebebasan untuk menerima atau menolaknya.

Tetapi, dari pihak Allah, Ia memiliki keyakinan, ”Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yes 55:11). Dan hati manusia yang menerima benih firman Allah digolongkan dalam tiga jenis.

  • Tanah yang dijadikan jalan pasti diperkeras dan dilapisi bebatuan. Benih pasti terbuang sia-sia atau mati di situ. Tanah keras ini adalah pendengar yang menutup budi dan hati terhadap sabda, sehingga Allah pun tidak mampu mengajarnya. Mungkin, pada awal ia bersemangat, tetapi seiring waktu, ia melucuti sabda itu dari budi dan hatinya.
  • Tanah yang ditumbuhi semak duri semula subur, tetapi kesuburan itu telah habis. Penerima tidak memiliki perhatian khusus pada sabda Allah.  Perhatian utamanya tercurah pada kekhawatiran akan diri sendiri, kekayaan dan kesenangan. 
  • Tanah yang subur adalah pendengar yang selalu mau menerima sabda dengan hati dan budi terbuka. Ia membiarkan dirinya dididik oleh sabdaNya. Hati dan budi yang terbuka membuat Allah berkenan menajamkan telinganya untuk mendengarkan sabdaNya dan taat padaNya. Dengan cara inilah ia mampu memberi semangat baru kepada yang letih lesu (bdk. Yes. 50:4-5), melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya dan berhasil dalam melakukan perintah-Nya (bdk Yes. 55:11).

Katekese

Iblis menenghancurkan benih di jalanan. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444.

“Benih adalah Sabda Allah. Mereka yang di jalanan adalah mereka yang telah mendengarnya. Setelah itu, iblis  datang dan menyingkirkan Sabda dari hati mereka, sehingga mereka tidak percaya dan diselamatkan.

Kita tahu bahwa kerasnya tanah menyebabkan benih di jalanan lenyap. Jalan selalu keras dan tak bisa digemburkan, karena setiap hari diinjak-injak. Jalanan tidak memungkinkan benih menancapkan akar, sehingga benih itu tetap teronggok di situ dan burung akan melahapnya habis.

Mereka yang berpikiran tertutup dan membatu tidak mau menerima benih ilahi. Kebenaran ilahi dan suci tidak menemukan pintu untuk memasuki budi dan hati mereka. Mereka tidak mau menerima sabda yang membuahkan roh takut akan Allah, dan akan melipat gandakan buah keutamaan ilahi yang mulia.

Mereka telah menjadikan diri sendiri takluk dan menghamba pada roh najis, sehingga mereka tidak pernah menghasilkan buah kekudusan.

Bagi mereka yang sadar, yang hatinya beku dan gersang, bukalah hati dan budimu, terimalah benih yang kudus. Jadikanlah dirimu tanah yang subur, hasilkanlah buah bagi Allah agar engkau beroleh hidup abadi” (dikutip dari Commentary On Luke, Homily 41).

Oratio-Missio

  • Tuhan, mengimani-Mu adalah jalan kebijaksanaan, dan memandang rencana ilahi-Mu mengantarkan aku pada kebenaran. Bukalah mataku untuk mengetahui tindakan-Mu; bukalah telingaku untuk mendengarkan panggilan sabda-Mu; agar kamu mampu memahami dan melaksanakan serta hidup seturut kehendak-Mu. Amin. 
  • Apa yang harus aku lakukan untuk menjadi tanah yang subur bagi benih sabda-Nya?

Quod autem in bonam terram: hi sunt, qui in corde bono et optimo audientes verbum retinent et fructum afferunt in patientia – Lucam 8: 15.  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here