Lentera Keluarga – Tanggungjawab Pemimpin

0
385 views

Tahun C-1. Pekan Biasa XXXII 
Rabu, 13 November 2019. 
Bacaan: Keb 6:1-11; Mzm 82:3-4.6-7; Luk 17:11-19.

Renungan:

KEBIJAKSANAAN mengajarkan kepada kita hari ini tanggungjawab seorang pemimpin. Kekuasaan adalah mandat yang diberikan bukan hanya oleh manusia, tetapi oleh Allah sendiri. Semakin tinggi kekuasaan atau kedudukan yang diterima seorang, semakin Allah menuntutnya untuk hidup bijak. Tuntutan Allah itu diungkapkan dengan “memeriksa segala pekerjaanmu serta menyelami rencanamu”. Allah melihat bukan hanya apa yang kelihatan tetapi apa yang juga tersembunyi dalam hati seorang pemimpin. Allah menuntut bukan hanya kepemimpinan yang bijak tetapi juga ketulusan hati. Ketidakbenaran ataupun ketidak lurusan hati sebagai orang pemimpin akan menghadapkannya pada pengadilan Allah yang tidak pandang bulu. 

Menjadi pemimpin gereja, lembaga, yayasan, perusahaan ataupun pemimpin keluarga menuntut kita bersikap benar, bijak dan bertanggungjawab. Tanggungjawab dan kekuasaan yang diberikan kepada kita bukanlah kesempatan kita untuk mendapatkan previligi atau kesempatan untuk membanggakan diri. Kekuasaan tidak cocok bagi orang yang mempunyai ambisi pribadi. Semakin besar tanggungjawab kita, semakin kita dituntut untuk bersikap dan bertindak bijak. Kepemimpinan bukan menjadi tempat yang tempat jika kita berambisi mencari penghargaan, atau kesempatan kita mengambil keuntungan dan menikmati previligi. Sebagai pemimpin, kita dituntut justru untuk menundukkan perasaan “suka” dan “tidak suka”, mendukkan kemalasan dan kesusahan kita untuk kebaikan orang yang kita pimpin,  berbicara mengenai kebaikan mereka yang kita pimpin daripada berbicara tentang diri kita sendiri;  lebih memiliki waktu bagi orang lain daripada bagi dirinya sendiri; lebih mencari kebaikan bagi banyak orang daripada rasa aman dan nama baik. Intinya apapun kita lakukan bagi kebaikan orang yang kita pimpin.

Ketidakbijaksanaan kita tidak hanya berpengaruh kepada kita sendiri tetapi juga berpengaruh besar pada orang-orang yang kita pimpin. Apa yang mereka alami akan dituntutkan kepada kita. 

Kita tidak hanya mempertanggungjawabkan kepemimpinan ini kepada orang yang kita pimpin tetapi kepada Allah. Orang mungkin hanya melihat kepemimpinan kita dari luar, tetapi Allah menyelidiki dan menghakimi kita sampai ke lubuk hati kita. 

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana Allah mempercayakan tanggungjawab  tetapi juga menuntut lebih orang-orang yang dipercayaNya. 

Refleksi:

Apakah aku menjalankan tanggungjawab kepemimpinanku dengan bijak dan ketulusan hanya demi kebaikan orang-orang yang menjadi tanggungjawabku?

Doa: 

Ya Bapa, aku tundukkan keinginan, kebebasan dan seluruh hidupku, untuk dapat melaksanakan tanggungjawab yang Engkau percayakan kepadaku.  

Perutusan:

Bertindaklah bijak dan benar jika anda dipercaya Allah menjadi seorang pemimpin. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here