Like Father Like Son

0
320 views
Ilustrasi - Like father, like son ok

Minggu 1 Oktober 2023.

  • Yeh. 18:25-28.
  • Mzm. 25:4bc-5,6-7,8-9.
  • Flp. 2:1-11 (Flp. 2:1-5).
  • Mat. 21:28-32

ORANGTUA adalah orang pertama yang mengajarkan pendidikan kepada anaknya, dari mulai balita, anak-anak hingga dewasa.

Setiap orangtua tentu menyayangi anaknya, namun masing-masing memiliki cara mendidik anak yang berbeda.

Seorang ayah yang baik pasti menghendaki yang terbaik untuk anak-anaknya.

Ia juga mendidik dan mengajari anak-anaknya dengan baik.

Ia ingin agar anak-anaknya mendengarkan apa yang dikatakan dan melaksanakan apa yang dikehendaki.

Untuk itu, seorang ayah tidak saja hanya bicara namun memberi teladan dan contoh nyata bagi anak-anaknya.

Maka banyak muncul sikap dan perbuatan bahkan perkataan anak yang meniru orang tuanya.

Kebahagian orang tua itu sangat sederhana. Salah satunya adalah melihat anaknya sukses dan bisa berguna untuk banyak orang.

Mereka tidak pernah menuntut apa pun dari anak-anaknya. Meski begitu bukan berarti anaknya hanya berdiam diri dan tidak melakukan apa pun untuk orangtua.

Tidak akan ada orangtua atau pun anak yang sempurna di dunia ini.

Sebab keduanya akan terus belajar untuk menjadi anak dan orangtua yang baik hingga akhir hayatnya.

Kadang kala, anak cenderung berpikir bahwa orangtualah yang bertanggungjawab.

Jangan sampai kita menyesal seorang diri, saat sudah tidak bisa lagi belajar jadi anak yang baik karena ayah dan ibu sudah terlanjur pergi dari dunia ini.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian

“Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.

Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.”

Mengikuti Yesus adalah mencari dan melaksanakan kehendak-Nya.

Meskipun mungkin kita telah terlanjur mengatakan “tidak” kepada Allah, kita masih dapat mengubah sikap kita, dan Allah akan mengampuni dosa kita.

Akan tetapi apabila kita selalu berbicara hal-hal yang baik, namun tidak mau melaksanakannya, maka kita bukanlah kelompok orang yang melaksanakan kehendak Allah.

Tuhan tidak butuh orang-orang yang hanya berkata “Ya Tuhan” tetapi tidak mau melangkah.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku merupakan anak yang selalu mendengarkan dan melaksanakan kehendak Bapa?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here