Niat Baik

0
273 views
Ilustrasi - Kehidupan keluarga. (Ist)

Renungan Harian
Rabu, 8 September 2021
Pesta Kelahiran St. Perawan Maria
Bacaan I: Mi. 5: 1-4a
Injil: Mat. 1:1-16. 18-23
 
“TIDAK ada sedikit pun dorongan dalam diriku untuk mencampuri rumahtangga adikku. Aku berpikir mereka sudah dewasa sehingga mereka sudah dapat mengatur kehidupan rumahtangganya sendiri dengan baik.

Tapi belakangan ini, aku rasanya sudah tidak tahan untuk mengatakan sesuatu kepada adikku tentang bagaimana harus bersikap dalam mengatur rumahtangganya.
 
Ketika adik perempuanku menikah, mereka bicara kepada kami bahwa mereka akan numpang di rumah mama. Hanya untuk sementara sambil mengumpulkan uang untuk bisa membeli rumah sendiri.

Kami, saya dan mama tidak keberatan. Nahkan senang, karena mama sejak papa meninggal memang tinggal bersama adik perempuanku itu.

Rumah itu dibeli dan dibangun oleh papa sebelum beliau meninggal, dan tahun ini selesai direnovasi kebetulan ada rezeki di keluarga saya.

Dengan keluarga adik tinggal di rumah mama, mama tetap ada temannya.

Kehidupan di rumah mama semua damai dan menyenangkan. Apalagi dengan kelahiran anak pertama adik.
 
Masalah mulai muncul, saat keluarga suami dari kampung juga ikut tinggal di rumah mama.

Awalnya, adiknya yang numpang karena mau kuliah. Kemudian keluarga adiknya yang lain ikut numpang, karena suami mau mencari kerja di kota. Dan yang terakhir ikut numpang mama dan papanya.

Keluarga suami adik itu sekarang maah merasa bahwa rumah itu adalah rumah anaknya, sedangkan mama saya malah dianggap menumpang di situ.

Saya semakin tidak nyaman karena seluruh urusan rumah. Dari masak sampai berbersih rumah, mama yang melakukan. Sedangkan mereka tidak mau tahu tentang urusan rumah.

Hal yang paling membuat saya jengkel adalah orangtua suami adik saya mengatakan kepada mama agar mama sebaiknya pindah dari rumahnya sendiri. Karena kamar mama akan mereka pakai.

Mama kaget dan syok dengan peristiwa itu. Saat itu juga, mama pergi dari rumahnya dan pindah ke rumah saya.
 
Berhari-hari saya menimbang-nimbang, saya berdoa mohon petunjuk:

  • Apakah benar saya bicara dengan adik. 
  • Apakah dengan bicara tidak berarti ikut campur urusan keluarga adik;
  • Apakah ini tidak akan menimbulkan masalah bagi keluarga adik.

Sementara mama bisa tinggal dengan saya dan kami juga senang mama tinggal dengan kami.

Saya  menimbang cukup panjang, beberapa kali bicara dengan suami dan akhirnya saya berani memutuskan untuk bicara dengan adik dan suami tentang situasi di rumahnya dan apa yang dialami mama.

Saya merasa tenang dan damai, karena sungguh niat saya tulus untuk memperbaiki situasi dan menyampaikan kebenaran.

Saya semakin yakin karena saya selalu mohon petunjuk Tuhan agar apa yang kulakukan bukan sekedar emosi semata,” seorang ibu berkisah tentang pergulatannya untuk memperbaiki kehidupan keluarga adiknya.

Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius, pergulatan Yusuf untuk meninggalkan Maria dan kemudian menerima Maria kiranya pergulatan yang luar biasa hebat.

Satu hal yang penting, ketulusan hatinya, kehendak baiknya, memudahkan dia untuk terbuka pada kehendak Allah.

Sehingga dapat memutuskan sesuai dengan kehendak Allah meski dengan risiko yang tidak mudah.

“Karena Yusuf, suaminya, seorang yang tulus hati, dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.”

Bagaimana dengan aku?

Bagaimana caraku membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupku?

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here