Sabtu, 20 November 2021
- 1Mak. 6:1-13.
- Mzm. 9:2-3.4-6.16b.19.
- Luk.20:27-40
KESULITAN yang tiba-tiba menerpa hidup kita, kadang membuat kita goyah.
Bahkan ada orang yang karena sedang mengalami kesulitan hidup kemudian mempertanyakan di mana Allah, di mana keberadaan Tuhan?
Mereka mempertanyakan Allah. Karena seakan Allah begitu tidak peduli hingga membiarkan kesulitan menjerat langkah hidup mereka.
“Romo, sepeninggal suamiku, kesulitan demi kesulitan datang beruntun di dalam hidupku,” kata seorang ibu.
“Keluarga besar suamiku minta saya dan anak-anak meninggalkan rumah yang kami tempati, karena rumah itu masih atas nama orangtua mereka,” lanjutnya.
“Mereka tidak bisa menerimaku dan anak-anak, karena mereka pikir saya punya hubungan khusus dengan seorang laki-laki teman sekantorku,” ujarnya.
“Kami hanya sebatas teman. Namun keluarga suamiku menuduhku dan tidak mau mendengar semua penjelasanku,” lanjutnya.
“Akhirnya saya dan anak-anak meinggalkan rumah itu dan tinggal di rumah kontrakan,” katanya.
“Kami harus hidup dengan sangat sederhana, karena gajiku hanya cukup untuk kebutuhan sebulan. Dan menjadi kurang, jika untuk biaya bayar sewa rumah dan biaya sekolah serta kebutuhan hidup bermasyarakat,” katanya.
“Sedangkan laki-laki teman sekantorku, tidak selang begitu lama pindah ke kota lain,” ujarnya.
“Dalam situasi seperti ini, di mana Tuhan? Mengapa Tuhan mengambil suamiku begitu cepat?,” kata ibu itu.
“Betapa teganya Tuhan Allah tinggal nyaman di surga dan membiarkan aku dan anak-anak hidup dalam aneka kesulitan setiap hari,” lanjutnya.
“Bagaimana saya bisa percaya bahwa Allah adalah Allah orang hidup dan di hadapan Allah semuanya hidup, kalau hidup yang kami jalani penuh dengan derita seakan Tuhan jauh dari di surga sana,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar.
“Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan. Tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan.
Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.
Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.
Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Sebab, di hadapan Dia semua orang hidup.”
Tuhan Yesus menegaskan bahwa setelah kehidupan di dunia ini, kehidupan umat manusia khususnya umat yang dianggap layak oleh Allah tidak akan berakhir.
Sebaliknya kehidupan yang dibangkitkan merupakan kehidupan yang dipenuhi oleh kemuliaan Allah dan tidak lagi dipengaruhi oleh hawa-nafsu sebagaimana mereka hidup di dunia.
Kemuliaan mereka setelah dibangkitkan akan seperti kemuliaan para malaikat Allah. Dan mereka diperkenankan untuk berjumpa dengan Allah yang hidup, yaitu Allah yang pernah menyatakan diri-Nya kepada para leluhur umat Israel.
Sebagaimana umat Israel yang melewati padang gurun dengan aneka kesulitan dan tantangan sebelum masuk Tanah Terjanji.
Demikian kita juga harus menjalani peziarahan hidup yang penuh dengan kesulitan dan tantangan sebelum bisa menatap wajah Allah.
Bagiamana dengan diriku?
Apakah kesulitan yang saya hadapi akan menghilangkan harapan saya pada Allah semata?