GEREJA Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga Keuskupan Agung Jakarta Senin petang tanggal 20 November kemarin sore itu dipenuhi umat. Mereka datang dari berbagai penjuru Jakarta dan luar Jakarta.
Mereka semua ingin menghadiri misa requiem Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Uskup Keuskupan Agung Ende yang meninggal dunia hari Minggu tanggal 19 November 2023 pekan lalu. Saking sudah tidak mampu menampung para pelayat di dalam gereja, umat sampai memenuhi bagian sayap gereja katedral yang dibangun tahun 1901 tersebut.
Misa konselebrasi dipimpin oleh Uskup KAJ Ignatius Kardinal Suharyo. Ikut bersamanya Ketua Presidium KWI Mgr. Antonius Subianto Benjamin OSC, Sekjen KWI Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM, Nuntio Duta Besar Vatikan Mgr. Piero Pioppo, dan Uskup Keuskupan Lampung Mgr. Vincensius Setiawan Triatmojo.
Dua hal
Dalam homilinya, Kardinal Suharyo menyampaikan dua hal utama.
Mengawali paparannya, Kardinal Suharyo menyampaikan rasa duka mendalam kepada keluarga dan umat Keuskupan Agung Ende atas meninggalnya Mgr. Sensi. “Kita mengiringi kepulangan beliau dengan doa-doa kita,” kata Kardinal yang pernah Ketua Presidium KWI dua kali periode lebih masa bakti.
“Namun sebagai orang beriman, kita tetap bersyukur. Atas iman kebangkitan, atas iman hidup yang kekal yang dianugerahkan kepada kita. Dengan demikian, kematian bukan hal yang suram tetapi jalan menuju kebahagiaan abadi,” jelas kardinal ahli Kitab Suci.
“Hidup merupakan anugerah yang diterima Mgr. Sensi dengan penuh syukur dan dijadikan sebagai berkat bagi banyak orang,” puji Kardinal terhadap sosok almarhum Mgr. Sensi yang selama menjabat Uskup Keuskupan Agung Ende (KAE) sejak tahun 2007.
Mgr. Sensi menderita sakit, tapi bahagia
Ketika Mgr. Sensi masuk opname di RS Carolus di Jakarta, Nuntio sempat mengunjunginya. Sepulang dari bezuk, Mgr. Piero Pioppo kirim pesan ke kardinal via WA. “Saya merasa, kondisi kesehatan Mgr. Sensi sangat lemah dan menderita karena penyakitnya. Tetapi wajahnya memancarkan kebahagiaan.”
Begitu isi pesan melalui WA tersebut. Kardinal Suharyo setelah menerima pesan WA tersebut menyimpulkan, Mgr. Sensi sudah sampai pada pengalaman iman yang sangat mendalam. Penderitaan sakitnya dimaknai sebagai bentuk penggenapan penderitaan Kristus di salib.
“Saya tidak menggunakan kata wafat yang sekedar meninggal, tetapi Mgr. Sensi berpulang. Ini kata yang sangat aktif, menunjukkan beliau kembali ke Bapa sebagai asal usul kehidupan kita,” papar Kardinal Suharyo.
Memandang Allah dari wajah ke wajah
“Hal kedua,” demikian Kardinal Suharyo melanjutkan homilinya, “Sepanjang hidupnya, Mgr. Sensi selalu mewartakan Allah yang kerahimannya tak terbatas. Sekarang, beliau tidak sekadar mewartakan; tetapi sudah di hadapan-Nya. Mgr. Sensi memandang Allah dari wajah ke wajah.”
Di akhir homilinya, Kardinal Suharyo mengajak umat yang hadir untuk mengiringi berpulangnya Mgr. Sensi dengan iman dengan mengutip Kitab Nabi Yesaya 25:9: “Pada waktu itu, orang akan berkata: Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya.”
Gembala yang rendah hati dan bijaksana
Ketua Presidium KWI, Mgr. Anton OSC menyampaikan pesan singkat di akhir misa requiem. Menurut Uskup Bandung yang murah senyum tersebut, Mgr. Sensi merupakan gembala yang rendah hati dan bijaksana. Mgr. Sensi, kata dia, selalu tekun melayani umatnya dalam keadaan sehat maupun sakit. Walaupun menderita sakit tetapi terpancar damai sejahtera dalam dirinya.
Hal ini sesuai dengan motto pastoral yang dipilihnya sebagai Uskup Keuskupan Agung Ende: “Prædica Verbum Opportune Importune” yang berarti “Wartakanlah firman, baik atau tidak baik waktunya.
Mendoakan Gereja dan tanahair Indonesia
Nuntio Duta Besar Vatikan untuk RI Mgr. Piero Pioppo mencetuskan kekagumannya terhadap Mgr. Sensi dalam sambutan yang diucapkan dalam Bahasa Indonesia.
“Penderitaannya dipersembahkan kepada Allah dan Gereja. Maka sekarang jiwanya sudah menempuh perjalanan ke rumah Bapa Surgawi,” kata Mgr. Piero Pioppo yang terkenal ramah dan cekatan itu.
Mgr. Piero menyampaikan penghiburan dan berkat dari Sri Paus kepada Mgr. Sensi dan keluarga. “Mgr. Sensi, mohon doakan Gereja dan tanahair Indonesia,” kata Mgr. Piero mengakhiri sambutan singkatnya.
Setelah misa berakhir, umat berbondong-bondong maju ke altar menyampaikan penghormatan terakhir kepada Mgr. Sensi yang akan diberangkatkan dengan pesawat menuju Ende di Flores pada pkl 20.11 WIB.
Uskup yang ramah dan rendah hati
Mgr. Sensi Vincentius Sensi Potokota dikenal uskup yang ramah dan rendah hati. Pertemuan penulis dengan almarhum Uskup Keuskupan Agung Ende kelahiran Saga tanggal 11 Juli 1951 ini terjadi dalam pertemuan-pertemuan Komisi Kerawam KWI d imana saat itu almarhum Mgr. Sensi menjabat Ketua Komisi Kerawam selama dua periode (2015-2022).
Ketika pertama kali berjumpa, Mgr. Sensi dengan ramah dan penuh senyum membalas sapaan penulis walaupun belum mengenal sebelumnya.
Kesan yang sama juga dikemukakan oleh Veronica Wiwiek Sulistyo, anggota pengurus Komisi Kerawam KWI. “Mgr. Sensi selalu aktif dalam mendampingi setiap kegiatan Kerawam KWI, bahkan beliau menunggui sampai acaranya selesai walaupun berakhir malam-malam,” kenang Wiwiek terhadap kebaikan almarhum Mgr. Sensi.
Selamat berpulang Mgr. Sensi. Requiescat in pace et ad vitam aeternam.
Baca juga: Misa Requiem untuk Mgr. Vincentius Sensi Potokota di Kupang (4)