Mengenal Kongregasi Suster Santo Augustinus (OSA) Ketapang: Misi Pendidikan Anak Dayak Pedalaman (1)

0
1,658 views
Para suster yubilaris Kongregasi OSA di Ketapang, Kalbar. (Petrus Kanisius/Paroki Katedral Ketapang)

SEJAK berdiri dan berkarya di Kabupaten Ketapang, Kalbar, Kongregasi Suster-suster Santo Augustinus dari Kerahiman Allah (OSA) di Kabupaten Ketapang, Kalbar, sudah berkomitmen ingin memajukan masyarakat Kalbar melalui karya pendidikan sekolah formal.

Karena itulah, Kongregasi Suster 0SA lalu meneruskan karya pendidikan yang sebelumnya diampu oleh Keuskupan Ketapang.

Mengelola karya pendidikan formal itu dilakukan, mulai dari tahap pendidikan PAUD Playgroup, TK, dan SD hingga SMP, SMA dan SMK.

Asrama sekolah untuk menampung anak-anak Dayak dari pedalaman agar bisa tinggal hidup dan sekolah di “pusat kota” Ketapang. (Mathias Hariyadi)

Asrama sekolah

Ini sudah menjadi komitmen para Suster OSA di Ketapang, Kalbar. Yakni, bisa menyediakan fasilitas  proses ajar-belajar bagi anak-anak Dayak dari kawasan pedalaman agar tetap bisa bersekolah di ‘pusat kota’ Ketapang.

Komitmen itu antara lain ditempuh dengan menyediakan asrama sekolah bagi anak-anak Dayak asal pedalaman, berikut dengan fasilitas pendukung lainnya berupa bangunan gedung auditorium.

Bangunan auditorium ini berfungsi  untuk memberi ruang gerak bagi para murid dan guru pengampu dalam melakukan kegiatan pengajaran dan bimbingan lainnya secara indoor.

Pemimpin Umum Kongregasi Suster OSA Sr. Lucia Wahyu. (Aldo/Paroki Katedral Ketapang)

Visi dan misi Kongregasi OSA

Kongregasi Suster-suster OSA berdiri di Ketapang sejak tanggal 6 Desember 1949 dengan visinya “Bersatu dengan Allah yang Maharahim dengan semangat sehati sejiwa berbakti dalam pelayanan kasih untuk mewujudkan Kerajaan Allah.”

Sedang visinya adalah “Menanggapi seruan Kristus yang terungkap dalam kesatuan panggilan Gereja serta tuntutan zaman, Suster-suster Santo Augustinus ikut serta membangun dunia yang lebih mendalam serta melayani masyarakat kecil secara utuh dan seimbang.”

Misi itu ingin dicapai dengan melakukan beberapa karya sosial antara lain di bidang layanan  kesehatan, pendidikan, sosial dan pastoral. Semua karya ini dilakukan demi peningkatan kepribadian yang utuh, cerdas dan berjiwa mandiri serta beriman dengan semangat kasih persaudaraan.

25 Tahun Kongregasi Suster Santo Augustinus (OSA) Berdikari di Indonesia

Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi memimpin Perayaan Ekaristi Syukur memperingati 25 tahun Kongregasi Suster OSA di Agustinian Spiritual Center (ASC) di Kota Ketapang, Kalbar. (Aldo/Paroki Katedral Ketapang)

Misi bidang pendidikan

Misi karya pendidikan Kongregasi Suster OSA adalah berikut ini:

  • Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan terjangkau oleh segenap lapisan massyarakat, terutama yang kecil dan lemah.
  • Menyelenggarakan lembaga pendidikan yang tangguh, mandiri dan dinamis, serta berorientasi kemasa depan sesuai dengan tuntutan zaman.
  • Mempersiapkan anak didik sebagai kader masa depan yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan emosional, sehingga siap memasuki pendidikan yang lebih tinggi.
  • Senantiasa berusaha mengembangkan diri, dengan menjunjung dan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
  • Membentuk pribadi yang beriman.
Dua anak Dayak dari pedalaman yang tinggal di asrama sekolah Suster OSA di Ketapang tengah menimba air dari tandon. (Mathias Hariyadi)

Pada konteks kerangka pikir besar itulah, prakarsa melakukan pembangunan gedung auditorium itu muncul. Semua ini guna bisa menunjang kegiatan pengajaran untuk segenap anak Dayak dari pedalaman yang kini tinggal di asrama sekolah di ‘pusat kota’ Ketapang yang diampu oleh para Suster OSA.

Lembaga pendidikan formal asuhan para Suster OSA ini ada di bawah naungan Yayasan Pelayanan Kasih Fatima Kongregasi Suster Santo Augustinus dari Kerahiman Allah.

Ini harapan Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi saat memberi homili di Perayaan Ekaristi Syukur memperingati 25 tahun Kongregasi Suster OSA mandiri di Indonesia.

Monsinyur pertama-tama mengucapkan proficiat dan terima kasih atas keterlibatan dan pengambilan peran dalam karya kerasulan para Suster OSA di Keuskupan Ketapang pada khususnya dan di seluruh Indonesia pada umumnya.

Halaman sekolah dan asrama yang dikelola para Suster OSA di Kota Ketapang, Kalbar. (Mathias Hariyadi)

“Itu karena para Suster OSA juga berkarya di Papua, Sanggau, Sintang, Pontianak, Semarang, Malang, Surabaya,” kata Mgr. Pius.

Monsinyur juga mengemukakan harapan supaya para Suster OSA semakin bisa melayani Gereja dan umatnya dengan seluruh pemberian diri. Diharapkan juga agar para Suster Agustinian ini bisa memberi kesaksian bagi banyak orang sehingga semakin mampu dan bisa menemukan jalan kepada Allah menuju kepada keselamatan.

“Caranya dicapai melalui karya pendidikan, kesehatan, pastoral, sehingga juga banyak pemudi-pemudi yang tertarik untuk mengambil bagian di dalam karya kerasulan Suster-suster St. Agustinus,” ungkap Bapak Uskup.

Mengikuti imbauan kapitel (forum pertemuan Kongregasi) Februari 2017 lalu, kata Monsinyur,  para Suster OSA harus bisa menjadi pembawa kerahiman Allah. Pada saat ini, kata Bapak Uskup, dunia sangat membutuhkan kerahiman Allah.

Oleh sebab itu, kata Mgr. Pius, menjadi tugas utama para Suster Agustinian –karena sesuai namanya yakni Kongregasi Ssster-suster Santo Agustus dari Kerahiman Allah– harus menjadi ujung tombak dari terwujudnya kerahiman Allah di dunia melalui karya dan kehadiran mereka.

Halaman depan sekolah yang luas dan lorong sekolah yang panjang menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak Dayak dari pedalaman yang kini telah bisa belajar formal dan tinggal di asrama sekolah yang diampu oleh para Suster OSA di Ketapang. (Mathias Hariyadi)

Di Tanah Kayong –sebutan Kabupaten Ketapang— kata Bapak Uskup, para Suster OSA telah memberi kesaksian secara lebih nyata lagi mengenai kerahiman Allah. Bisa jadi, hal itu karena masih banyak yang belum memahami mengenai panggilan menjadi suster biarawati.

Ini bukan sebagai karier. “Menjadi suster itu bukan karier dan jabatan. Tetapi adalah sebuah pemberian diri dan itu menjadi tantangan. Maka, kehadiran suster OSA ini bisa menampilkan kerahiman Allah, kerahiman wajah Allah yang berbelas kasih. Wajah Allah yang berbelas kasih itu dapat ditemukan dalam diri para suster itu,” kata Mgr. Pius Riana Prapdi.(Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here