Di Vatikan: Utusan Khusus Presiden RI Bahas Islam bersama Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama (PCID)

0
564 views
Pertemuan delegasi Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban yang dipimpin Prof. Syafiq A. Mughni dengan Presiden Pontifical Council for Interreligius Dialogue (PCID), Mgr Miguel Ángel Ayuso Guixot. Di samping Prof Syafiq adalah Dubes RI untuk Vatikan HE Antonius Agus Sriyono. (Dok KBRI Vatikan)

UTUSAN Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja sama Antaragama dan Peradaban, Prof. Syafiq A. Mughni, bertemu Presiden Pontifical Council for Intterellegus Dialogue (PCID), Mgr. Miguel Ángel Ayuso Guixot, di Vatikan pada hari Senin, 17 Juni 2019.

Dalam pertemuan yang berlangsung akrab dibahas antara lain Deklarasi Abu Dhabi dan Islam Wasatiyyah.

Mengawali pertemuan, Mgr. Ayuso yang baru saja diangkat menjadi Presiden Dewan Kepausan yang menangani dialog antaragama menjelaskan latar belakang dokumen bersejarah ”Human Fraternity for World Peace and Living Together” atau dikenal sebagai Deklarasi Abu Dhabi yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Ahmad Al-Tayyeb, Imam Besar Al-Azhar, pada tanggal 4 Februari 2019.

Prof Syafiq A. Mughni (tengah) didampingi Duta Besar RI untuk Takhta Suci Vatikan, HE Antonius Agus Sriyono, tengah memaparkan tentang Islam Wasattiyah kepada Prresiden PCID Mgr. Ayuso. (Dok. KBRI Vatikan)

Perlu terobosan baru

Mgr. Ayuso mengatakan, di tengah dunia yang sedang “sakit” ini, upaya senantiasa untuk menciptakan suasana persaudaraan dan kehidupan bersama yang harmonis itu mutlak diperlukan.

Menurutnya, dewasa ini dunia sedang menghadapi “budaya saling menghina” (culture of insult) sehingga mutlak diperlukan upaya bersama dalam menciptakan harmoni di tengah masyarakat.

Pesan ini perlu secara terus menerus disampaikan kepada pemerintah semua negara untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, Prof. Syafiq menjelaskan upaya Pemerintah Indonesia melakukan penguatan Islam Wasatiyyah yang merupakan sebuah konsep Islam moderat.

Menurutnya, sesungguhnya Islam itu sendiri adalah agama wasatiyyah. Tetapi, ada sebagian kelompok yang membawa Islam ke pemahaman dan pengamalan agama yang ekstrem (tatarruf atau ghuluw).

Maka, mempromosikan paham wassatiyah berarti menekankan kembali karakter Islam yang mengajarkan toleransi, keseimbangan, keadilan, dan musyawarah.

Wasatiyyah Islam harus dipromosikan agar menjadi arus utama keagamaan umat Islam baik di Indonesia maupun masyarakat global. Ia akan menjadi kekuatan yang mampu menghentikan ekstremisme dan radikalisme, dan dengan demikian bisa menahan laju Islamofobia.

Paham ini juga harus dikembangkan menjadi arus utama untuk menahan terjadinya the clash of civilization.

Penyerahan cindera mata berupa buku “The Bogor Message” oleh Prof. Syafiq A. Mughni kepada Mgr. Ayuso. (Dok. KBRI Vatikan)

Wasatiyyah Islam menekankan prinsip-prinsip kemanusiaan yang bisa mempertemukan agama-agama tanpa mempersoalkan perbedaan.

Menurut rencana, pada hari Selasa tanggal 18 Juni 2019 mendatang, Prof. Syafiq akan menjadi salah satu pembicara dalam seminar internasional bertema “Interreligious Dialogue: Perspectives from Asia” yang diselenggarakan di Universitas Urbaniana, Roma.

Penyelenggara seminar adalah tiga belas Duta Besar Asia untuk Takhta Suci Vatikan, di mana Dubes RI untuk Tahta Suci Vatikan HE Antonius Agus Sriyono saat ini bertindak menjadi koordinatornya.

Diharapkan delegasi nantinya dapat bertemu Paus Fransiskus dalam kesempatan audiensi umum pada Rabu 19 Juni 2019. (AS)

Vatikan, 17 Juni 2019

Muhammad Ferdien

  • Second Secretary for Information, Protocol, and Consular Affairs
  • Embassy of the Republic of Indonesia to the Holy See

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here