Mati sebagai Persembahan

0
213 views
Santo Laurentius.

SEMUA orang pasti akan mati. Walau demikian, kematiannya memiliki makna yang berbeda-beda. Ada yang mati dengan penuh makna dan bahagia. Ada yang mati sia-sia; seperti berakhir dalam celaka.

Mati cara kedua biasanya berarti mati untuk diri sendiri. Kematian egois yang tanpa menghasilkan buah. Mati cara pertama terjadi karena kasih dan persembahan diri.

Kematian pertama melahirkan hidup baru. Menjadi jalan lahirnya hidup yang berlipat ganda. Dijalani dalam cinta dan semangat gagah perkasa.

Ini bukan teori, tetapi suatu kenyataan yang sudah banyak terbukti.

Diakon Laurensius adalah salah satunya. Ia mati dalam penggorengan, karena membela iman. Mengejutkan. Kematiannya tidak membuat iman orang Kristen meredup dan jumlah mereka menyusut.

Sebaliknya, jumlah mereka makin berlipat ganda.

Laurensius mengiikuti jalan yang ditempuh Tuhan Yesus. Wafat-Nya di kayu salib mendatangkan hidup dan keselamatan bagi seluruh umat manusia.

Sebelum wafat-Nya Dia bersabda, “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yohanes 12: 24)

Barangsiapa mengimani ajaran ini siap menghayati dan menghadapi mati dengan teguh hati. Semakin sering mati dengan cara ini, semakin banyak buah hidup baru yang dihasilkannya. “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit pula. Sebaliknya, orang yang menabur banyak akan menuai banyak pula.” (2 Korintus 9: 6).

Setiap hari orang harus mati agar bila kematiannya tiba, dia tidak gentar menghadapinya. Mati setiap hari dihayati dengan mematikan kepentingan sendiri demi kebahagiaan dan kebaikan sesama.

Ini bukan mati sia-sia, melainkan mati sebagai persembahan.

Rabu, 10 Agustus 2022
Pesta St. Laurensius, Diakon & Martir

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here