Mendarat dan Mengudara Mulus di Doha – Qatar Sebelum Terjadi Krisis Diplomatik

0
1,181 views
Hamad International Airporrt in Doha, Qatar. (Royani Lim)

WAKTU setempat di kawasan Timur Tengah masih menunjukkan pukul 04.20 waktu Doha, ketika burung besi berbadan lebar milik maskapai penerbangan Qatar Airways hendak bersiap menjejakkan rodanya di landasan pacu sedikit di luar Ibukota Qatar. Hari itu adalah Senin tanggal 27 Februari 2017.  Bersama ratusan penumpang dari Jakarta, kami telah masuk di dalam kabin pesawat jenis Airbus bernomor penerbangan QR 955 yang baru saja melakukan terbang non stop selama kurang lebih 10 jam dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng menuju Hamad International Airport Doha.

Pagi itu, ketika malam belum sepenuhnya beranjak di atas langit Ibukota Doha, Airbus Qatar Airways flight number QR 955 akhirnya mendarat dengan mulus di Hamad International Airport Doha.  Rasa ngantuk dalam sekejap hilang, ketika keajaiban di seluruh lorong bandara internasional yang menjadi ‘pintu gerbang’ utama masuk Qatar ini langsung menawarkan pemandangan yang menawan.

Kesan modern

Sama sekali tidak ada kesan, bahwa Doha yang menjadi akses utama masuk Qatar melalui jalur udara ini berada di hamparan pasir padang gurun. Di bandara yang super megah dan nan luas ini, atmosfir super modern tersaji di mana-mana. Mulai dari koridor yang menghubungkan akses keluar dari pesawat menuju terminal kedatangan. Pun pula, lift, conveyor belt, aneka café, dan segala pernak-pernik lainnya yang amat memanjakan mata.

Saat itu, bersama 32 teman lainnya, saya melakukan transit penerbangan dari Jakarta menuju Cairo di Mesir untuk selanjutnya melakukan perjalanan darat dari Cairo menuju Israel melalui Taba City –wilayah perbatasan darat antara Mesir dan Israel. Penerbangan kami dari Jakarta menuju Doha ditempuh kurang lebih selama 10 jam.

Penerbangan lanjutan menuju Cairo baru akan terjadi empat jam kemudian, setelah burung besi Qatar Airways QR 955 tadi mendarat mulus tepat pukul 04.40 waktu Doha. Itu berarti, penerbangan lanjutan kami menuju Cairo akan terjadi pada sekitaran pukul 09.00 waktu setempat.

Suasana modern di Bandara Internasional Hamad di Doha, Qatar. (Dok. Suzanna)

Sarapan di café, lainnya tiduran

Sementara, kebanyakan anggota rombongan ziarah kami ke Tanah Suci ingin menghabiskan waktunya untuk kongkow-kongkow dan memilih menu sarapan pagi di lorong bandara di lantai bawah yang penuh dengan café, kami berdua memilih langsung menuju gate tertunjuk.  Hari masih sedemikian pagi, ketika kami berdua naik skytrain ultra modern tanpa awak yang menghubungkan terminal kedatangan dengan gate tertentu. Gate inilah yang akan menjadi akses utama guna menuju pesawat Qatar Airways yang nanti akan menerbangkan kami selama hampir tiga jam lebih menuju Cairo – Ibukota Mesir.

Kesan mewah sangat terasa kental di Bandara Internasional Hamad di Doha, Qatar. (Dok. Noriati)

Tidak ada banyak orang di lounge gate menuju kabin pesawat terbang dengan rute Doha-Cairo dengan nomor penerbangan QR 1303 ini. Akses check-in masih tertutup rapat. Tidak ada cara lain kecuali hanya tidur atau memilih opsi lain untuk ‘membunuh waktu’ sebelum bisa boarding menuju penerbangan berikutnya pada pukul 09.00 waktu setempat.

Ini Doha, bung. Demikian kata hati saya sedikit ingin menghibur diri. Akses jaringan internet di lounge ini bagus dan gratis. Hanya dengan memasukkan nama berikut kode e-ticket sesuai tertera di boarding pass, maka kami sudah bisa berselancar di media virtual.

Meski di lounge ini sepi orang, namun rasa aman tetap terasa. Di sana-sini ada petugas keamanan baik yang berseragam dan tidak. Di pojok lain, sejumlah tenaga kebersihan tampak ‘menjaga’ toilet guna melayani kebutuhan penumpang. Air kran layak minum tersedia di salah satu sudut lounge. Juga, beberapa titik dimana menjual makanan cepat saji.

Saya memilih terpekur sejenak dan kemudian –seperti biasa—berselancar di dunia maya agar bisa menulis cepat kisah ringkas perjalanan kami dari Jakarta menuju Doha dan berikutnya Doha menuju Cairo. Ngantuk ringan tak mengurangi semangat saya untuk berkisah tentang perjalanan hari pertama perjalanan rombongan kami berziarah ke Tanah Suci Israel melalui rute Doha, Cairo, Taba, dan akhirnya masuk ke Tanah Perjanjian.

Baca juga: Ziarah ke Tanah Suci lewat Doha, Pintu Gerbang menuju Kwalitas Hidup dan Pribadi Menjadi Lebih Baik (3)

Menulis di bangku lounge pemberangkatan guna ‘membunuh waktu’ karena harus menunggu lama sebelum akhirnya bisa boarding pukul 09.00 pagi waktu Doha menuju Cairo di Mesir. Ini hari Senin pagi selepas dinihari tanggal 27 Februari 2017, setelah sebelumnya terbang selama 10 jam dari Jakarta dan sukses mendarat pukul 04.50 di Bandara Internasional Hamad di Doha -Qatar. (Royani Lim)

Qatar bermuram

Hari-hari ini dan pekan-pekan kemudian,  Doha dan Qatar secara keseluruhan mungkin akan bermuram. Setidaknya setelah tujuh negara di Timur Tengah tanpa ba-bi-bu lagi telah menjatuhkan putusan tiba-tiba dan secara sepihak telah memutus hubungan diplomatiknya dengan Qatar. Ketujuh negara itu adalah Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, Yaman,  Libya, Maldives (Maladewa).

Mereka menuduh Pemerintah Qatar telah mendukung dan melindungi kelompok radikal lokal. Dan atas nama kepentingan nasional masing-masing ke-7 negara itu –di antaranya adalah masalah keamanan nasional–  Qatar ‘dihukum’ secara telak. Semua akses melalui jalur udara menuju Mesir dan Arab Saudi dibekukan.  Pemerintah Riyadh bahkan menjaga ketat garis perbatasan daratnya dengan Qatar dan menutup pintu masuk-keluar dari dan ke Doha melalui jalan darat dari dan ke Arab Saudi.

Bencana mengintai Qatar

Ketika semua akses darat, laut, dan udara menjadi kawasan terlarang bagi semua moda transportasi milik Pemerintah Qatar, maka sudah pastilah ‘bencana’ dalam  skala besar akan segera menimpa negeri yang kaya  gas alam dalam jumlah sangat besar ini.  Beberapa negara juga sudah memberlakukan ‘zona larangan terbang’ bagi Qatar Airways, selain juga mengusir diplomat dan semua warga Qatar keluar dari wilayah enam negara yang kini ‘memusuhi’ Qatar. Belum ada kejelasan sikap dari Pemerintah Maladewa atas keputusannya ikut dalam barisan memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.

Semua suplai bahan makanan dan minyak untuk kebutuhan energi konon disalurkan melalui akses utama jalur darat dari Arab Saudi menuju titik simpul di Qatar. Kalau akses ini sudah ‘dikunci’ oleh aparat keamanan Kerajaan Arab Saudi, maka tidak ada jalan lain kecuali melakukannya melalui jalur laut dan udara. Itu berarti ongkos operasional akan melambung tiada kira. Belum lagi, keluhan penumpang yang akan menghabiskan jam terbang sekitar 8-9 jam menuju ke Eropa dan sebaliknya dari yang seharusnya dan sebelumnya: hanya enam jam.

Malam sudah datang menyergap di Amman  –Ibukota Kerajaan Jordania—  ketika kami beranjak meninggalkan Gunung Nebo menuju Bandara Internasional Amman. Waktu terbang dengan Qatar Airways bernomor penerbangan QR 401 baru akan terjadi pada pukul 19.45 waktu Amman. Namun, rombongan sudah berhasil tiba di terminal kedatangan beberapa jam sebelum waktu boarding.

Qatar Airways sesaat sebelum terbang meninggalkan landas pacu Hamad Internationa Airport di Doha – Qatar menuju Cairo di Mesir. (Dok. Y. Permadi)

Maklumlah, ini orang Indonesia: banyak barang belanjaan dan puluhan koper dengan muatan fully packed harus segera diurus rapi di konter perwakilan Maskapai Qatar Airways.

Kami akhirnya duduk manis di dalam kabin pesawat Airbus Qatar Airways. Ini penerbangan  menuju Doha dari Amman dengan lama penerbangan kurang lebih selama dua jam saja. Menjelang malam, kami berhasil mendarat mulus di Bandara Internasional Hamad di Doha. Selama kurang lebih tiga jam,  kami harus menghabiskan waktu transit sebelum akhirnya boleh masuk lagi ke kabin Qatar Airways bernomor penerbangan QR 956 beberapa menit sebelum pukul 02.50 waktu setempat untuk terbang lagi menuju Jakarta.

Kita berharap agar krisis politik yang menimpa Qatar karena ‘sanksi’ putusnya hubungan diplomatik dengan tujuh negara di kawasan Timur Tengah ini segera bisa berakhir dengan baik. Harapan ini penting, karena Qatar Airways memang nyaman dan enak menu sajian makanannya, selain tentu saja Emirates dan Etihad yang juga sama-sama menyenangkan dan menenteramkan harga berikut menu makanannya.

Menunggu saat boarding ke Cairo dan Jakarta dari Bandara International Hamad di Doha, Qatar. (Royani Lim)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here