Renungan Harian 30 Juni 2020: Rasa Aman

0
707 views
Ilustrasi - Kertas putih by ist (2)


Bacaan I: Am. 3: 1-8; 4:11-12
Injil: Mat. 8: 23-27
 
BEBERAPA tahun yang lalu, keluarga kami diterpa masalah yang luar biasa. Bapak saya dituduh melakukan pelecehan seksual kepada salah satu ibu. Ibu tersebut dan keluarga amat dekat dengan kami, kalau bertemu selalu memeluk dan mencium kami.

Peristiwa yang menjadi sumber masalah itu terjadi di gereja, ketika sudah lama tidak bertemu, ibu itu bertemu bapak dan memeluk bapak. Sebenarnya, peristiwa itu tejadi di depan ibu saya dan suami ibu itu.

Sebenarnya kejadian itu sesuatu yang selama ini terjadi dan biasa.
 
Nampaknya ada yang tidak suka dengan keluarga kami, sehingga peristiwa itu diwartakan sebagai bentuk pelecehan seksual oleh bapak. Ada “petisi” yang ditanda tangani oleh beberapa umat termasuk beberapa tokoh, agar bapak di berhentikan sebagai Prodiakon.

Bahkan keluarga kami kemudian harus ikut lingkungan (Kring) lain, karena dibuat tidak nyaman dengan lingkungan kami.
 
Pada saat peristiwa itu menjadi ramai, kami tiga orang anaknya dipanggil pulang oleh bapak. Bapak menceritakan peristiwa itu.

Bapak nampak tenang dalam bercerita; tetapi tidak dengan ibu, ibu amat emosional dan marah kepada orang-orang yang menandatangani maupun dari keluarga ibu yang dianggap dilecehkan.

Ibu sakit hati, karena selama ini hubungan dengan keluarga itu sudah demikian dekat.
 
Bapak menenangkan ibu dan kami semua.

Bapak mengatakan:

“Sekarang kita baru diterpa badai, tetapi tidak usah takut, tidak usah cemas, tidak usah marah-marah. Becik ketitik ala ketara, Gusti ora sare. (Yang benar akan terlihat dan yang jahat anak nampak, Tuhan tidak tidur). Rasa aman kita tidak tergantung dengan mereka-mereka itu, dan jangan pernah meletakkan rasa aman kita pada orang. Rasa aman kita letakkan pada Tuhan yang selalu melindungi kita. Maka rasa aman juga tergantung pada kita sendiri; kalau kita yakin bahwa Gusti ora sare maka kita akan selalu merasa aman meski ada badai.”
 
Kami sekeluarga menghadapai badai itu dengan tenang dan damai. Semua kami percayakan pada Tuhan, dan meletakkan rasa aman kami pada Tuhan. Dan benarlah apa yang dikatakan bapak: “Becik ketitik, ala ketara”.
 
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan Matius, para murid takut dan cemas karena kapal terhempas oleh badai. Para murid tahu bahwa Yesus bersama mereka, tetapi mereka lupa dengan pengalaman-pengalaman melihat karya Yesus.
 
Aku pun sering kali mengalami seperti para Murid, mudah takut dan cemas.

Tahu dan sadar bahwa Tuhan menyertai tetapi pengalaman kasih Tuhan seringkali tidak mengendap sehingga tidak membekas dalam diriku. Maka aku lebih sering mengandalkan diriku sendiri.
 
Rasa amanku bergantung dimana aku meletakkan rasa amanku.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here