Spiritualitas Air di Paroki Tiong Ohang, Kaltim: Pastor Lahir di Pegunungan, Kini Bertugas di Wilayah Perairan

0
488 views
Ilustrasi: Perjalanan dengan speedboat menyusuri aliran Sungai Mahakam. (Ist)

TIGA tahun lebih, kami melayani umat Paroki Santo Paulus Tiong Ohang, Kecamatan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, Keuskupan Agung Samarinda.

Tanggal 15 Juli 2017 lalu,  kami tiba di paroki ini sebagai frater yang akan menjalani masa persiapan Tahbisan Diakon.

Kemudian menjalani Masa Diakonat di paroki yang sama dan setelah tahbisan imamat pun,  kami masih mendapat pengutusan di paroki yang sama. Hingga sekarang.        

Pengutusan ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Karena kami berasal dari daerah pegunungan atau terlahir di wilayah pegunungan. Kini, harus menjalani pengutusan yang sebagian besar wilayah pelayanan menelusuri Sungai Mahakam.

Harus diakui bahwa melangsungkan pelayanan wilayah perarian cukup besar rosikonya bila dibandingkan dengan daerah darat. Risiko yang dihadapi ialah ketika turne ke stasi-stasi kami harus melawan derasnya arus Sungai Mahakam dan melewati riam-riam ganas yang sudah pernah menelan korban jiwa.

Berjalan tiga tahun ini, pelayanan di Paroki Santo Paulus Tiong Ohang membawa kami pada sebuah refleksi tentang Air. Muncul refleksi Spiritualitas Air ini.

Pengutusan: Air mengalir

Pengutusan kami ke paroki ini dimengerti bahwa atas kehendak Tuhan (dari atas) melalui Bapak Uskup. Dengan penuh sukacita, kami menerima pengutusan ini merupakan ungkapan ketaatan kepada Uskup yang adalah gembala kami. Maka dengan hati yang bebas dan penuh sukacita kami ke tempat tugas untuk melayani umat yang dipercayakan kepada kami.

Seperti air, kami menjalani pengutusan itu mengalir ke mana tergantung arah condong yang rendah ke situlah kami berjalan dan berkarya. Air mengalir perlahan tapi pasti menuju ke tempat yang rendah. Hal itu hendak menggambarkan kehadiran kami tiga tahun lebih di tempat tugas mengalir begitu saja.

Kami sendiri ragu untuk menilai bahwa ada perkembangan atas kehidupan beriman umat setempat. Biarlah umat sendiri yang merasakan apakah ada perkembangan atas kehidupan rohani mereka dengan kehandiran kami para pelayan.

Hal yang penting bahwa apa yang menjadi tugas kami sebagai pelayan dengan hati sukacita melangsungkan pelayanan itu. Kami yakni bahwa seperti air mengalir perlahan tapi pasti akan sampai pada tujuan yakni muara atau titik tempat terrendah.

Demikian pulalah bahwa pelan tapi pasti pelayanan kami untuk umat setempat akan menghasilkan buah. Roh Kudus yang bekerja secara tak kelihatan membantu kami dalam seluruh perjalanan pelayanan kami.

Pelayanan: Butiran Air                              

Realitas yang terjadi bahwa kehadiran seorang pelayan di suatu paroki dengan segala kebijakan, karakter kepemimpinannya tentu tidak semua umat sependapat dan mendukung program pelayanan yang akan dilangsungkan.

Di tempat kami bertugas pun demikian. Ada umat yang sepikiran dan sependapat mendukung pelayanan, tetapi ada juga yang acuh tak acuh dan cuek.

Kami melakukan refleksi yang diangkat dari wahana air berhadapan dengan realitas bahwa adanya pro dan kontra umat terhadap kehadiran pelayannya.

Ada pepatah klasik bahasa Latin yang sangat indah hendak memperlihatkan kekuatan air. “Tetesan air yang melubangi batu bukan karena kekuatannya tetapi karena tetesan air itu yang terus menerus”.

Air kelihatan lemah dan tak berdaya dalam keadaan tetes satu demi satu kepada sebuah batu yang amat keras dan besar. Jika kita melihat sepintas rasanya tidak mungkin tetesan satu per satu air itu mampu melubangi batu yang keras.

butiran air air itu terlihat sangat lemah dan tak ada daya. Mengapa tetesan air itu mampu melubangi batu yang amat keras?

Tetesan air yang tiada henti membuat batu itu berlubang. Tetesan yang terus menerus dan mengulang terus membuat batu itu berlubang.

Inilah letak keajaiban dari tetesan-tetesan air yang mengandung kekuatan dan daya besar.

Semangat pelayanan seperti air inilah yang coba kami terapakan dalam pelayanan ketika berhadapan dengan beberapa umat yang kerap acuh tak acuh dan kurang mendukung program pelayanan kami.

Berhadapan dengan situasi yang demikian, kami selaku pelayan akan terus melangsungkan pelayanan dengan tulus hati dan suka cita.

Karena kami meyakini bahwa kami bekerja atas nama Tuhan maka Tuhan sendirilah yang akan membantu kami. Sekali lagi bahwa Roh Kudus turut berkarya untuk “melubangi hati umat yang keras” untuk menuju kehidupan beriman yang lebih baik.  

Perjalanan menuju kawasan permukiman umat Katolik di hulu Sungai Mahakam di Kalimantan Timur. (Ist)

Pelayanan: Air meresap

Air meresap atau membasahi suatu benda itu pelan tapi pasti sehingga ia bisa menguasai benda itu. Air itu meresapi suatu benda sampai ke dalam-dalamnya.

Jika selembar tisu kering ditetesi sebutir air maka perlahan-lahan air itu akan menguasai atau memenuhi (membasahi) seluruh keberadaan tisu itu. Resapan air kedalam tisu itu sulit ditangkap oleh mata bagaimana terjadinya.

Air itu masuk dalam serat-serta tiesu dan lama kelamaan semuanya menjadi basah. Air yang meresap itu sungguh tak mempunyai daya dan kekuatan. Dia sangat lemah. Namun tersembunyi kekuatan yang dasyat menguasai dan membasahi suatu benda.

Kehadiran di tengah-tengah umat ibarat resapan air yang pelan-pelan menarik hati umat beriman untuk kembali semangat merawat dan memupuk kehidupan imannya.

Meresap pelan-pelan lewat kehadiran di tengah keluarga walaupun hanya sekadar meneguk segelas kopi hitam yang dihidangkan.

Bertamu ke tengah keluarga walau hanya bercerita tanpa ujung pangkal tetapi kiranya ada kekuatan yang tersembunyi di dalamnya yakni menarik kembali semangat menggereja umat beriman.

Ibarat air pula kehadiran pelayan di tengah umat untuk menyegarkan seluruh jiwa dan raga umat sehingga mengalami kesejukan dan kesegaran, mengalami sukacita dan kegembiaraan.

Namun sekali lagi bahwa Roh Kudus yang tak kelihatan itu yang memberikan kesejukan dan membuka hati umat beriman untuk menata kehidupan rohani mereka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here