Aku Menemukan Cinta

0
261 views
Ilustrasi - Bahagia sukacita menemukan cinta dalam keluarga. (Ist)

Renungan Harian
Rabu, 28 Juli 2021

Bacaan I: Kel. 34: 29-35
Injil: Mat. 13: 44-46
 
DALAM sebuah pendampingan anak-anak SMA, ada satu peserta yang menarik perhatian kami, dan beberapa kali kami bicarakan. Anak itu dalam pertemuan itu selalu riang dan penuh semangat mengikuti sesi-sesi yang ada.

Ketika ada permainan-permainan kelompok, anak ini menunjukkan bakat kepemimpinan yang luar biasa. Dia bukan tampil sebagai pemimpin kelompok yang mengatur semua teman, tetapi sebagai pemimpin kelompok yang selalu menyemangati semua anggota kelompoknya.

Bahkan ketika dia diberi kesempatan memilih teman anggota kelompok, pilihan dia sungguh-sungguh mengejutkan kami, karena dia memilih teman-teman yang dalam beberapa permainan tidak dipilih oleh teman lain dan teman yang kelihatan lemah.

Kami sampai terkagum-kagum dengan sikap pelayanan dan hormat terhadap teman lain.

“Anak ini mendapat pendidikan yang luar biasa di rumahnya,” kata kami.
 
Ketika saya sempat ngobrol berdua dengan anak itu, dia bercerita tentang orangtuanya dan bercerita tentang apa yang diajarkan orang tuanya.

Dari sana saya teringat peristiwa kurang lebih 18 tahun yang lalu. Saat itu saya menerima tamu sepasang anak muda yang bertanya:

“Romo, apakah kami bisa menikah secara Katolik dan menerima Sakramen Perkawinan, seandainya tidak ada restu dari orangtua dan keluarga?”

Saya kenal keluarga pasangan ini.

Mereka berasal dari keluarga yang amat mapan dan terhormat. Namun entah apa saya tidak tahu, kedua keluarga itu tidak akur.

Pada saat itu, saya menjawab:

“Kalau usia kalian di atas 21 tahun, maka perkawinan dapat dilaksanakan. Meskipun tidak ada restu dari orangtua. Tetapi baik dipertimbangkan restu orangtua itu penting bagi perjalanan hidup perkawinan kalian.”
 
“Romo, kami sudah bicara dengan kedua orangtua kami. Tetapi mereka menolak dan kami harus pisah. Mereka mengancam kalau kami nekat maka kami akan dikeluarkan dari keluarga dan tidak akan mendapatkan apa pun dari keluarga.

Romo kami sudah siap untuk menikah,” kata mereka.

“Apa yang membuat kalian siap?” tanya saya.

“Romo, kami menemukan dalam cinta kami.

Kami menjadi diri sendiri. Kami menemukan bahwa hidup kami menjadi lebih bersemangat. Dan yang lebih penting adalah kami menemukan hidup yang sesungguhnya, hidup yang berjuang, hidup yang menghargai orang lain, hidup yang menghargai hal kecil yang kami terima.

Kami tahu risiko yang kami terima, tetapi apa yang kami terima jauh lebih berharga dari resiko dan kesulitan yang ada,” jawab mereka dengan mantap.
 
Saya ingat, saya harus berurusan dengan kepolisian. Setelah memberkati perkawinan mereka, karena dilaporkan oleh keluarga mereka.

Untunglah kepolisian mengerti dan justru menjelaskan ke keluarga mereka. Pasangan ini telah menemukan hal yang paling berharga bagi hidupnya sehingga berani meninggalkan banyak hal yang menjamin hidupnya.
 
Saat saya menatap anak itu, saya seolah tidak heran bahwa anak itu adalah puteri dari pasangan yang kuberkati pada masa itu.

Pasangan itu telah mewariskan hal yang berharga yang mereka temukan ketika memutuskan untuk saling memilih sebagai teman hidup.
 
Ketika seseorang telah menemukan cinta yang mendalam maka ia tidak berpikir akan hal lain selain untuk tinggal dan menikmati cinta itu.

Saat seseorang telah menemukan cinta dan tinggal dalam cinta itu, ia berani memutuskan untuk meninggalkan segalanya demi cinta itu.

Sebagaimana sabda Tuhan hari sejauh diwartakan dalam Injil Matius, kebahagiaan orang menemukan cinta yang sempurna diumpamakan orang yang menjual segala miliknya untuk mendapatkan harta terpendam dan  mutiara yang sangat berharga.
 
Bagaimana dengan aku?

Apakah aku telah menemukan harta yang terpendam atau mutiara yang sangat berharga dalam hidupku?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here