Gereja St. Fransiskus Assisi Stasi Silva Rahayu, Saksi Tahbisan Imamat Diakon Markus Ngatun Suparno Pr (1)

0
517 views
Penumpangan tangan oleh Uskup Penahbis Mgr. Paulinus Yan Olla MSF di atas kepala Diakon Markus Ngatun Suparno Pr menandai inti prosesi penerimaan Sakramen Imamat dan sah pula tahbisan imamat. (Angel Li)

KEUSKUPAN Tanjung Selor di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) menggelar prosesi tahbisan imamat bukan di Gereja Katedral Tanjung Selor. Tapi di gereja stasi luar kota dengan jarak tempuh kurang lebih 1,5 jam perjalanan.

Itu pun masih harus diwarnai hari-hari “mendebarkan” lantaran banyak terjadi hujan deras, tanah longsor, dan jalan berlumpur. Ketika harus menempuh perjalanan dari Tanjung Selor menuju Gereja St. Fransiskus Assisi.

Itu adalah nama gereja baru di Stasi Silva Rahayu di mana telah digelar penerimaan Sakramen Imamat bagi Diakon Markus Ngatun Suparno Pr.

Sambutan umat Stasi Silva Rahayu, Kabupaten Bulungan, Kaltara, yang merupakan stasi Paroki Katedral Tanjung Selor. (Angel Li)
Wakil Bupati Kabupaten Bulungan, Kaltara, Ingkong Ala (kiri) dan Uskup Keuskupan Tanjung Selor Mgr. Paulinus Yan Olla MSF melakukan pengguntingan pita – menandai peresmian sederhana Gereja St. Fransiskus Assisi Stasi Silva Rahayu, Keuskupan Tanjung Selor, Kaltara, Rabu (18/5/2022) – Angel Li.

Peristiwa besar di Stasi Silva Rahayu

Ini sungguh menjadi satu peristiwa besar untuk Stasi Silva Rahayu, Kabupaten Bulungan, Keuskupan Tanjung Selor, Provinsi Kalimantan Utara atau Kaltara.

Tanggal 18 Mei 2022 -hari Rabu lalu- Stasi Silva Rahayu mendapat gereja anyar. Benar-benar anyar, karena gereja ini baru saja diresmikan. Oleh Wakil Bupati Kabupaten Bulungan Ingkong Ala dan Uskup Keuskupan Tanjung Selor Mgr. Paulinus Yan Olla MSF.

Kisah sukacita ini masih berlanjut di Stasi Silva Rahayu, hari Kamis petang, tanggal 19 Mei 2022 kemarin. Jelang datangnya malam. Karena ada “peristiwa besar” di Gereja St. Fransiskus Assisi Stasi Silva Rahayu berupa Perayaan Ekaristi penerimaan Sakramen imamat – upacara tahbisan imam baru.

Ini sungguh menjadi sumber sukacita banyak orang – terutama Umat Katolik Stasi Silva Rahayu di luar kota Tanjung Selor ini.

Dan inilah kisah selengkapnya.

“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu, maka kamu akan berbuah.”

Kutipan naas Kitab Suci ini menjadi semacam tagline untuk motto tahbisan imamat bagi Diakon Markus Ngatun Suparno Pr yang hari Kamis jelang malam kemarin menerima Sakramen Imamatnya dari Uskup Penahbis Mgr. Paulinus Yan Olla MSF.

Gereja St. Fransiskus Assisi Stasi Silva Rahayu, Keuskupan Tanjung Selor, Kaltara – lokasi di mana berlangsung prosesi penerimaan Sakramen Imamat dan tahbisan imamat bagi Diakon Markus Ngatun Suparno Pr. (Angel Li)

Menjadi kegembiraan dan sukacita bagi Diakon Markus Ngatun Suparno tentu saja, karena sejak tahun 2021 dia sudah “ngendon” di Stasi Silva Rahayu ini. Untuk menjalani Tahun Diakonatnya, sebelum akhirnya boleh menerima Sakramen Imamat dan ditahbiskan menjadi imam.

Sukacita itu semakin membuncah bagi Diakon Markus Ngatun Suparno Pr dan segenap umat Stasi Silva Rahayu. Lantaran, tugas khusus untuk “mengawal” proses pembangunan gereja baru itu akhirnya berhasil dia laksanakan dengan tuntas dan bisa selesai tepat pada waktunya.

Benar sekali. Diakon Markus Ngatun Suparno akhirnya berhasil membantu merampungkan proyek pembangunan Gereja Stasi St. Fransiskus Assisi Silva Rahayu. Dan puncak kegembiraan massal itu telah terjadi hari Rabu siang lalu: peresmian gereja stasi oleh Wakil Bupati Kabupaten Bulungan Ingkong Ala dan Uskup Mgr. Paulinus.

Ilustrasi: Terbuka dengan jujur menjadi semangat utama dalam program pendidikan di Seminari Menengah St. Yosep di Tarakan, Keuskupan Tanjung Selor, Kaltara. (Mathias Hariyadi)
Ilustrasi: Sebuah kegiatan pendidikan seksualitas yang digelar di Seminari Menengah St. Yosep Tarakan dengan narasumber Sr. Kristina Fransiska CP. (Mathias Hariyadi)

Seminari Menengah St. Yosep Tarakan

Saat-saat sebelum tahbisa imamatnya, Diakon Markus Ngatun Pr juga masih merangkap tugas dan jabatan sebagai ekonom untuk Seminari Menengah Santo Yosep Tarakan.

Harap tahu saja, lokasi antara “pusat kota” Tanjung Selor dengan Tarakan itu dipisahkan oleh laut.

Butuh waktu sekitar satu jam “berlayar” dari Tanjung Selor menuju Tarakan dan begitu pula sebaliknya. Usai berlayar mengarungi lautan, maka kapal dengan kapasitas muatan penumpang sekitaran 30 orang akan menyusuri aliran sungai besar.

Ilustrasi: Dermaga pelabuhan Tanjung Selor di pinggiran sebuah sungai yang melayani rute pelayaran Tanjung Selor-Tarakan dan sebaliknya pp di Provinsi Kaltara. (Mathias Hariyadi)
Ilustrasi: Nikmatnya naik kapal cepat dari Tarakan menuju Tanjung Selor dan sebaliknya. (Mathias-Hariyadi)

Uskup Mgr. Paulinus Yan Olla MSF mengaku sangat puas dengan kinerja Diakon Markus Ngatun saat menjabat ekonom seminari.

“Bagus, laporan keuangannya bisa detil dan rapi,” ungkapnya Mgr. Paulinus atas sosok imam diosesan baru Keuskupan Tanjung Selor, Kaltara ini. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here