Kekecewaan Jadi Sumber Konflik

1
519 views
Ilustrasi: Emosi marah. (Ist)

Senin, 14 Juni 2021

Bacaan I: 2Kor 6:1-10
Injil: Mat 5:38-42

SEORANG pemuda selalu bertikai dengan orangtuanya. Meski hanya masalah kecil, kemudian bisa menjadi keributan yang besar.

“Tak mudah mengalah, jika kita merasa benar,” kata seorang bapak kepada keponakan yang masih muda.

“Namun itu yang diperlukan untuk menghentikan pertikaian dan permusuhan, serta untuk memadamkan amarah,” lanjutnya.

“Saya sudah berusaha mengalah. Namun rasanya tidak rela jika kebenaran ditutupi kebohongan terus,” kata pemuda itu

“Menunjukkan kebenaran tidak harus teriak dan marah-marah, justru kalau kita berteriak, suara kita tidak akan didengarkan,” kata bapak itu.

“Rasanya darah ini sampai diubun-ubun melihat sikap dan kata-katanya yang tidak sesuai dengan kenyataan,” kata pemuda itu.

“Emosi itu sebuah seni, seperti alat musik tidak harus ditabuh keras-keras jika kita ingin mendengarkan keindahan suara, demikian pula ungkapan emosi kita harus tepat kadang lembut, kadang keras,”kata bapak itu.

“Saya sudah tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana dengan orang tuaku. Semua yang aku lakukan salah,” kata pemuda itu.

“Pasti ada sebabnya,” sahut bapak itu

“Dulu bapak berharap saya mau sekolah di bidang ekonomi supaya nanti bisa melanjutkan usaha. Namun saya lebih senang dan merasa bahagia di seni,” kata pemuda.

“Sejak saat itu, orangtua -khususnya ayahhku- selalu marah dan kecewa dengan semua yang aku lakukan,” lanjut pemuda itu.

“Jangan menyerah. Sabarlah, usahakan dan tunjukkan bahwa pilihanmu itu sebagai bakti kepada mereka yang sungguh membahagiakanmu,” kata bapak itu.

“Saya anak yang tidak berbakti, selalu mengecewakan mereka,” sahut anak muda itu sambil tertunduk.

Kadang rasa marah dan kecewa meliputi hati, hingga kita tidak bisa melihat kebaikan dan usaha orang lain untuk menjadi lebih baik.

Apakah kita mau dengan rendah hati belajar menghargai perjuangan sesama kita untuk menjadi lebih baik?

1 COMMENT

  1. Tuhan Yesus Kristus, bantu kami untuk berani mengalah demi kebaikan dan kebenaran walau hasilnya tidak dapat terlihat saat ini, tapi beberapa waktu kemudian. Mampukan pula kami untuk bisa menerima kekurangan dan kelebihan sesama dengan tulus. Amin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here