“Mangan Ora Mangan, Sing Penting Kumpul”

0
895 views
Ilustrasi: Menikmati makanan ala kampung di rumah umat (doc.liemtjay 2018)

Puncta 29.05.22
Minggu Paskah VII
Hari Komunikasi Sedunia
Yohanes 17: 20-26

FALSAFAH Jawa ini bisa diartikan macam-macam. Terjemahannya adalah “makan tidak makan, yang penting kumpul.”

Maksudnya berkumpul, bersatu, hidup rukun dalam keluarga itu lebih penting daripada soal makan atau tidak makan.

Tapi dalam dunia modern, hal itu sering dianggap kuno. Kalau kita mau hidup ya harus makan.

Kalau kita kumpul ya harus ada makan-makan. Kumpul-kumpul tanpa makan kurang afdol rasanya.

Misalnya kalau doa rutin di lingkungan yang tidak ada kudapan atau makan-makan biasanya hanya sedikit yang datang. Tetapi kalau ada pesta atau ujub pasti banyak yang datang.

Falsafah di atas dapat dimaknai bahwa makan tidak lebih penting daripada berkumpul, atau bahwa berkumpul, menyatu sebagai keluarga itu lebih penting daripada soal makan atau tidak makan.

Berkumpul itu bukan sekedar berada di satu rumah bersama-sama. Berkumpul itu menyatu, hidup rukun bersaudara saling mendukung satu sama lain.

Persatuan dan kerukunan itu lebih penting daripada makan-makan.

Dalam doa-Nya Yesus menekankan persatuan antara Dia, murid-murid dan Bapa-Nya.

Yesus berdoa agar para murid-Nya menjaga kesatuan terus menerus dengan Bapa melalui Dia.

“Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau ya Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita.”

Yesus berdoa bukan untuk para murid saja, tetapi juga kita semua yang percaya karena pewartaan mereka.

Kita juga didoakan oleh Yesus, agar kita semua bersatu di dalam Yesus sama seperti Yesus bersatu dengan Bapa-Nya.

Bapak Kardinal Darmoyuwono almarhum pernah berkata, “Wong Katolik kuwi kudu seneng ngumpul. Yen ora ngumpul mengko bakal ucul. Ning yen ngumpul ya kudu wani cucul.

(Jadi orang Katolik itu harus senang berkumpul, kalau tidak kumpul bakal hilang. Kalau sudah berkumpul ya harus mau berkurban).

Berkumpul dalam komunitas, lingkungan, keluarga itu penting. Seorang frater, suster atau imam kalau tidak suka kumpul dalam komunitasnya, lama-lama akan hilang.

Seorang umat kalau tidak mau kumpul dalam kegiatan bersama di lingkungan ya akan mengalami kesulitan.

Kumpul itu bukan soal makan-makan, tetapi membangun relasi persaudaraan. Makan itu hanya sarana.

Kalau tidak ada makanan ya tidak apa-apa, tetapi tetap harus bisa menyatu. Itulah tujuannya.

Yesus mendoakan kita untuk bersatu supaya kita sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Bapa telah mengutus Yesus dan bahwa Bapa mengasihi kita sama seperti Dia mengasihi Putera-Nya.

Pertanyaan reflektif: seringkah kita berkumpul bersama dalam kegiatan di lingkungan? Atau seringkah kita berkumpul bersama dengan saudara-saudara?

Di Bali ada Tirta Empul,
Di Klaten ada Jalatunda.
Ayo kita senang berkumpul,
Saling mengasihi sebagai saudara.

Lombok Garden, ayo kumpul-kumpul…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here