Pelita Hati: 14.08.2020 – Antara Kesetiaan dan Pengorbanan

0
842 views

Bacaan Matius 19:3-12

Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: ”Apakah diper­bolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” Jawab Yesus: ”Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Kata mereka kepada-Nya: ”Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?” Kata Yesus kepada mereka: ”Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.” (Mat.19:3-8)

Sahabat pelita hati,

HARI ini kita berjumpa dengan pertanyaan orang-orang Farisi kepada Tuhan Yesus tentang boleh tidaknya mengadakan perceraian bukan dengan tujuan tulus tetapi untuk mencobai-Nya. Mereka merujuk pada perintah Musa yang mengijinkan untuk menulis surat cerai. Jawaban Tuhan sangat tegas bahwa Allah tak menghendaki perceraian tetapi karena ketegaran hati orang-orang Yahudi maka Musa (kala itu) mengijinkannya. Artinya bukan karena kehendak Musa tetapi karena desakan orang-orang Yahudi yang tegar tengkuk.  Bagaimana dengan Yesus?

Sahabat terkasih,

Dengan amat tegas Tuhan menyatakan bahwa hanya kematianlah yang dapat memisahkan. Dengan kata lain, Tuhan menegaskn perlunya kesetiaan dalam hidup perkawinan. Kesetiaan itu berbanding lurus dengan pengorbanan, sebab tidak ada kesetiaan tanpa pengorbanan. Karenanya kesetiaan adalah prasarat mutlak untuk menjaga komitmen itu.

Sahabat terkasih,

Yesus mengajarkan bahwa perkawinan adalah suatu peristiwa sakral yang menghadirkan Allah dalam hidup sebagai suami-isteri atau keluarga. Karenanya, pelita sabda Tuhan hari ini menegaskan kembali nilai-nilai luhur perkawinan yang harus dihidupi oleh setiap orang beriman yang hidup dalam perkawinan. Nilai-nilai luhur perkawinan itu harus tetap dijaga, yakni kesatuan cinta yang tidak terputuskan oleh siapa pun dan apa pun kecuali maut. ”Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu karena itu apa yang dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diputuskan oleh manusia”. Semoga Anda semua yang menghayati dalam sakramen perkawinan diberi kekuatan  agar dapat menjaga dan menghidupinya dalam kesetiaan. Jika kita sungguh setia memelira dan menghidupinya, niscaya Tuhan akan menyempurnakannnya.

Jembatan merah adalah sejarah,
gugurnya para pahlawan di Surabaya.
Yang dipersatukan Allah,
janganlah diceraikan manusia

dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,

Berkah Dalem Rm.Istoto

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here