Sabda Hidup: Selasa, 20 Desember 2016

0
828 views

Hari Biasa Khusus Adven

warna liturgi Ungu

Bacaan

Yes. 7:10-14; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 1:26-38. BcO Yes. 41:21-29

Bacaan Injil: Luk. 1:26-38.

26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, 27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. 28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” 29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. 30 Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. 31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. 32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, 33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” 34 Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” 35 Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. 36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. 37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” 38 Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Renungan:

MARIA seorang perawan dan belum menikah menerima kabar dari malaikat Gabriel bahwa dirinya akan mengandung. Ia akan mengandung Putera Allah dari Roh Kudus. Berita itu tentu membawa suasana gembira tapi sekaligus meninggalkan segudang tanya dan kekhawatiran. Ada banyak resiko yang akan dihadapi oleh Maria. Karena malaikat menguatkannya maka Maria pun menjawab, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38).

Kira-kira apa yang akan anda katakan bila mendapat kabar seperti Maria itu? Akankah anda menerima atau malah menolak kabar tersebut? Pasti ada banyak keraguan yang berkembang dalam diri kita. Tugas itu memang menggembirakan, dinanti-nantikan banyak orang, namun tugas itu mengandung konsekuensi yang besar.

Di sini saya pribadi mengagumi sikap dari ibu Maria. Dengan kesederhanaan ia menegaskan perutusan Allah. Dengan ketegasan ia menyanggupi dan membiarkan warta itu terjadi pada dirinya. Rasanya dalam momen-momen tertentu kita pun mesti berani menegaskan dan menyanggupi perutusan kita dengan tegas. Kita beri ruang pada karya Allah di dalam hidup kita.

Kontemplasi:

Bayangkan kisah dalam Injil Luk. 1:26-38. Bandingkan pengalaman Maria dengan pengalamanmu.

Refleksi:

Bagaimana mengiyakan perutusan yang berat?

Doa:

Bapa terima kasih atas teladan ibu Maria. Semoga aku pun mempunyai kesanggupan seperti Maria. Amin.

Perutusan:

Aku akan menyiapkan diriku untuk menerima tugas berat yang sewaktu-waktu datang menghampiriku. -nasp-

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)