BAPERAN-BAcaan PERmenungan harianAN.
Kamis, 2 Desember 2021.
Tema: Kenikmatan dan kelegaan.
Bacaan
- Yes. 26: 1-6.
- Mat. 7: 21, 24-27.
HIDUP itu dinikmatilah. Betapa indah alam ini. Kadang menggetarkan jiwa pada Sang Pencipta; dan ingin dekat selalu.
Keindahan yang mengagumkan kebeningan jiwa. Terpesona haru di jagat raya; menyelami yang tak terhingga. Sukacita Roh menenangkan batin di tengah gejolak jiwa.
Apa yang dicari di dalam hidup. Muda giat mencari, tua pun belum tentu menikmati; apalagi masih bisa memiliki.
Setiap orang sudah punya jalan sendiri. Tidak perlu mencampuri. Nikmati apa yang dicari. Bersyukur yang didapati. Bersuka yang dimiliki.
Berbagi selagi hidup. Peluklah keluargamu yang terberkati.
Pada saatnya mati, adakah kenangan sampai mati? Atau hilang tanpa arti. Hanya tulisan nama tanpa arti.
Hidup bukan hanya sekedar rasa memiliki. Itu pun akan lenyap suatu waktu. Ia dan setiap dari kita milik Sang Hyang Ilahi.
Itulah kelegaan. Aku dimiliki, dicintai Sang Hyang Abadi.
“Mo, kok saya enggak ngerti-ngerti ya, kalau membaca Kitab Suci.”
“Wah…hebat pengalamanmu.”
“Terlalu sulit dicerna. Kadang gagal paham.”
“Emang harus sesuai pikiran?”
“Ya nggak sih. Tapi akhirnya malah males membaca Kitab Suci. Nggak dong (ngerti).
Apalagi kalau ‘membahas’ isi Kitab Suci, kadang saya bleng, enggak bisa ngerti-ngerti, oon Mo,” keluh seorang umat paroki.
“Ha… Kamu itu. Maksudnya?”
“Gini Mo. Karena pertemanan, saya sering ikut pembahasan ayat-ayat Kitab Suci. dengan teman-teman dari yang lain. Mereka hafal. Tangannya terampil membuka lembaran-lembaran Kitab Suci; menemukan ayat-ayat yang dimaksudkan.
Mereka sangat lancar dan bersemangat membahasnya. Sementara, saya sendiri kikuk dan seperti ‘mayat’ hidup.
Membuka pun masih perlu membutuhkan waktu. Sementara yang saya katakan bukan menjelaskan atau menafsirkan Kitab Suci. Saya menceritakan pengalaman saya sehari-hari yang terkait dengan ayat yang dibahas.
Saya tidak mengkaitkan dengan banyak ayat-ayat yang lain,” jelasnya.
“Bagus. Lalu, di mana salahnya?”
“Nggak pede aja Romo. Adakah kursus-kursus yang memungkinkan saya ikuti?”
“Bagi kita, Bulan September adalah bulan di mana kita membahas Kitab Suci dengan lebih tekun.
Pada Masa Adven dan Prapaskah, kita berkumpul dalam komunitas membahas bahan-bahan yang diberikan oleh Gereja. Kita pun punya persekutuan-persekutuan doa karismatik katolik. Ada Majalah Hidup. Di paroki pun ada pendalaman-pendalaman Kitab Suci. Di setiap kesempatan, selalu sabda itu diwartakan.
Begitu banyak sarana yang digunakan untuk mengerti sabda. Apakah engkau mengikutinya?” tanyaku semangat.
Ia lalu terdiam dan hanya menjawab, “Kalau ada waktu Romo.”
“Berapa persen kehadiranmu pada ada saat-saat itu?”
“Minim Romo. Saya hanya sering mendengar dan melihat di YouTube dari berbagai sumber. Hal itu yang kadang membuat sedikit bingung.
“Begitu banyak sumber dan yang menafsirkan, apalagi dari berbagai pihak dan aliran. Memang baik, tapi kadang tidak berguna.
Artinya tidak membawa kita pada kehidupan yang nyata. Bahkan mungkin kadang kita mendewa-dewakan sumber-sumber tertentu. Tidak terbuka pada sumber yang lain.
Kadang kita hanya ingin mendengarkan apa yang cocok telinga kita. Kita memilih yang sesuai dengan kepuasan hati saya. Kalau menyinggung, mengkritik hidup, tidak didengar.
Ada begitu banyak motivasi pribadi yang tersembunyi menjadi latar belakang memilih sumber-sumber tertentu. Dengan demikan lama-lama kita tidak peka dan tidak terbuka atas bisikan Roh yang menggerakkan hidup saya untuk semakin lebih manusiawi. Sekedar memuaskan mata, telinga, itulah salah satu godaannya,” begitu komentarku.
Sabda Tuhan kiranya tidak harus masuk akal. Ia dengan caranya sendiri menolong kita memahami dan melakukannya.
“Biarlah Roh sendiri yang mengilhami; menggerakkan hatimu; menjernihkan pikiranmu; menyucikan batinmu untuk hanya mendengar sabda-Nya dan melakukan-Nya dengan kegembiraan. Ini jauh lebih penting.”
Yesus mengingatkan, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, akan masuk Kerajaan surga. Melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.”ay 21.
Tuhan, kepada Roh-Mu aku mohon terangi hidupku dengan firmanMu. Biarlah aku bersekutu dengan-Mu. Amin.
Sabda Mu adalah kebenaran hukum Mu kebebasan.