Tidak Menjadi Bodoh Karena Harta

1
520 views
Ilustrasi - Harta kekayaan berupa uang berlimpah. (Catholic.com)

Senin, 17 Oktober 2022

  • Ef. 2:1-10.
  • Mzm.100:2,3,4,5.
  • Luk. 12: 13-21

SALAH satu sifat manusia yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain adalah tamak atau serakah.

Tamak adalah hasrat berkuasa yang berlebihan, dan nafsu posesif yang tak terkendali, dalam diri manusia.

Manusia pada dasarnya memiliki keinginan yang tidak terbatas, untuk memenuhi keinginannya manusiawinya, hingga mereka bisa berlaku tamak.

Manusia yang tamak tidak akan pernah puas dengan harta yang ingin diperolehnya dan selalu merasa kurang dengan hartanya.

Orang tamak selalu mengharap pemberian orang lain yang sebanyak-banyaknya, namun dia sendiri justru bersikap pelit.

Sifat tamak ini sangat buruk dalam kehidupan bermasyarakat, orang cenderung memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan orang lain disekitarnya.

Seorang bapak mensyeringkan bahwa dia sangat menyesal karena dia tidak merawat ibuku yang sakit hingga meninggal.

“Saya selalu merasa sulit untuk pulang dan waktuku seakan habis untuk pekerjaan, hingga saya tidak bisa bertemu dengan ibuku yang sakit, sampai meninggal ini,” imbuhnya.

“Saya sudah punya niat pulang minggu depan tetapi ibuku pergi terlebih dahulu,” ujarnya.

“Semuanya tinggal kesedihan dan kekecewaan serta rasa bersalah karena saya menjadi anak yang tidak berbakti dengan orang tua,” paparnya.

“Saya pernah kecewa dengan ibu, yang menurutku kurang adil dalam membagi warisan kepada kami anaknya,” urainya.

“Sejak peristiwa itu, saya berusaha mendapatkan apa yang saya inginkan dengan bekerja keras, hingga saya merasa bisa membuktikan pada ibuku, saya bisa mendapatkan segalanya tanpa harta warisan,” sambungnya.

“Namun dibalik itu, saya merasa kehilangan kasih dan cinta ibuku. Saya selalu merasa kurang dikasihi, saya merasa bahwa saya ini dianaktirikan,” lanjutnya.

“Beberapa kali ibu minta aku pulang namun aku jawab nanti kalau sudah ada waktu,” katanya lagi.

“Sebenarnya hal itu hanya alasan karena saya merasa belum siap bertemu dengan ibu, namun kini ketika ibu sudah tiada saya merasa sangat kehilangan,” ujarnya.

“Saya kurang bersyukur atas berkat yang diberikan ibuku, malah saya menuduh mereka bersikap kurang adil, dan menganaktirikan saya,” sesalnya.

“Padahal ibuku sudah memberikan semuanya, bahkan hidupnya bagi kami anak-anaknya,” paparnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?

Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”

Untuk orang yang tamak atau serakah, berapa pun banyaknya berkat yang diterimanya selalu merasa kurang bahkan karena berkat yang cuma-cuma itu, dia bisa membenci orang yang menjadi sarana pembawa berkat.

Masalahnya bukan soal berkat yang diterima kurang namun soal hati yang tidak bisa bersyukur karena selalu merasa kurang dan tidak peduli pada orang lain.

Mata hatinya dibutakan oleh rasa kurang dan rasa tidak puas hingga dia ingin menjamin hidupnya dengan apa yang menurut dia tidak pernah terpenuhi sebelumnya.

Harta benda di dunia ini hanya titipan Tuhan yang sifatnya sementara, bisa bermanfaat jika kita gunakan untuk kebaikan bersama namun sia-sia jika tidak kita simpan dan timbun untuk diri sendiri.

Kapanpun harta dan nyawa ini bisa diambil Tuhan. Kita ini tidak punya kendali dalam hidup ini, karena hanya Tuhanlah yang berkuasa atas hidup dan mati kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa bersyukur dengan berkat yang aku terima, dan menggunakannya untuk kebaikan hidup bersama?

1 COMMENT

  1. Sebisa mungkin saya melakukan untuk keluarga, harta yang saya cari dan usahakan bukanlah harta saya, saya hanya berusaha mencarikan.
    Semoga Tuhan selalu mengutamakan saya agar tidak terjerumus ke dalam keinginan yang menyesatkan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here