90 Tahun Rumah Retret Girisonta: Khalwat di Gunung Suci, 3 Oktober 1930-2020

0
1,545 views
Me Posuit - 90 Tahun Rumah Retret- Puspita Girisonta 3 Oktober 1930-2020. (Romo T. Krispurwono Cahyadi SJ)

TENTU ini merupakan sebuah keputusan yang berani. Ordo Serikat Jesus –-biasa disebut Jesuit– di tahun 1930 berani memutuskan mendirikan rumah retret di Girisonta.

Serikat Jesus sebenarnya baru masuk ke Indonesia tahun 1859. Pada mulanya diserahi tanggungjawab untuk menangani misi di seluruh Indonesia. Akan tetapi, perlahan-lahan Jesuit memusatkan konsentrasi misi di Jawa. Setelah itu, barulah Serikat Jesus bisa memberi perhatian akan pembentukan karya.

Maka kita melihat bagaimana lalu seminari-seminari didirikan, demikian juga tarekat religius diosesan yang masih hidup hingga kini: Kongregasi Suster Abdi Kristus (AK) yang dulu menyebut diri ADSK (Abdi Dalem Sang Kristus).

Dalam konteks ini, kita bisa menempatkan pendirian Rumah Retret Girisonta. Rumah khalwat ini resmi berdiri tanggal 3 Oktober 1930.

Akan tetapi, pada saat konsentrasi misi Gereja lebih pada penyebaran iman, sudah dipikirkan karya yang lebih memberi perhatian akan penanaman dan pendalaman hidup beriman lewat retret. Maka hal ini sungguh suatu keberanian dan terobosan. Mendahului zaman.

Lorong Rumah Retret Girisonta yang tengah dilewati Romo Josephus Darminta SJ. (Sr. Ludovika OSA)

Memang Serikat Yesus dengan pengalaman dan semangat Latihan Rohani yang diwariskan Santo Ignatius, Bapa Pendirinya, memiliki kekhasan akan karya Latihan Rohani, atau retret. Akan tetapi di banyak tempat karya tersebut baru dibangun pada umumnya setelah Gereja berdiri mapan.

Di Girisonta nyatanya sudah didirikan rumah retret itu. Walau pada saat itu, para Jesuit Indonesia praktis belum bisa mandiri. Juga masih menjadi bagian dari misi Belanda.

Gunung suci

Girisonta berarti gunung suci. Nama ini mengisyaratkan secara simbolis tempat perjumpaan dengan Allah di tempat yang sunyi. Di kawasan pegunungan dan jauh dari keramaian.

Sekarang tempat ini tidak lagi sunyi. Lantaran berada di pinggir jalan raya yang padat dan berisik. Selain itu, di sekitar kompleks Girisonta juga sudah dipenuhi dengan banyak pabrik. Akibatnya, tentu polusi dan kesepian kian menepi.

Awalnya hanya rumah khalwat

Kompleks Girisonta pada awalnya hanyalah rumah retret. Akan tetapi tidak lama setelah rumah retret berdiri, Novisiat Serikat Jesus lalu dipindahkan dari Yogyakarta ke Girisonta.

Demikian pula paroki lalu ikut berdiri. Ini adalah paroki pertama di kawasan Ungaran. Lama setelah itu, di Girisonta didirikan pula Wisma Emaus. Inilah rumah untuk para Jesuit senior. Kini di sana tinggal pula Julius Kardinal Darmaatmadja SJ dan para Jesuit lainnya yang sudah purna tugas.

alah seorang suster OSA mengikuti retret bimbingan pribadi dan menyalami Kardinal Darmaatmadja SJ di Wisma Emmaus. (Sr. Ludovika OSA)
Berbincang dengan alm. Romo Suasso de Lima de Prado SJ di salah satu lorong Wisma Emmaus tahun 2010. (Mathias Hariyadi)

Akan tetapi, di kompleks tersebut kini ada pula kompleks makam Maria Ratu Damai: pemakaman untuk para Jesuit.

Maka bisa dikatakan, di Girisonta ini para Jesuit dilahirkan (Novisiat), beristirahat karena sudah purna tugas (Wisma Emaus), dan kemudian mati dan dimakamkan (Taman Maria Ratu Damai).

Girisonta karenanya kini menjadi kompleks besar dan luas. Dan rumah retret adalah satu satu bagiannya.

Di sinilah para Jesuit dimakamkan. (Sr. Ludovika OSA)
Kerkop Girisonta di tahun 2010. (Mathias Hariyadi)

Dijadikan markas tentara

Pada mulanya, karya retret di Girisonta melayani orang-orang Belanda. Tentu karena waktu itu masih sangat sedikit orang Katolik pribumi. Mereka pun masih berkutat pada soal penyebaran iman. Perlahan kemudian pelayanan retret juga menyentuh orang-orang Katolik Jawa.

Akan tetapi situasi pergolakan kemerdekaan menjadikan karya tersebut sempat terhenti.

Ini karena kompleks Girisonta pernah dijadikan markas tentara. Bukan hanya terjadi  di zaman Jepang, namun pula di masa awal kemerdekaan Indonesia. Para romo dan bruder Jesuit, terutama yang berasal Belanda, kemudian ditahan.

Ketika para Jesuit bisa kembali ke Girisonnta, mereka menemukan kompleks yang rusak dan kosong. Karena itu, mereka harus berkeliling mencari pintu, jendela atau perabot-perabot lain yang terlanjur dijarah oleh penduduk sekitar.

Perlahan kemudian, karya retret di Girisonta kembali ditata. Pelayanan untuk retret sekolah, terlebih sekolah-sekolah di sekitar Semarang menjadi pelayanan utamanya. Tentu juga pelayanan untuk umat atau imam dan religius yang hendak menjalani retret juga disediakan.

Akan tetapi, perlu dicatat bahwa di tahun 1960-an, juga sebelumnya, Rumah Retret Girisonta pernah dipakai pula untuk pertemuan para Uskup se-Indonesia.

Maka Girisonta menjadi saksi atas berdirinya hirarki Gereja Indonesia di tahun 1961. Bisa dikatakan, pelayanan Rumah Retret Girisonta sangat beragam.

Pemandangan Gereja St. Stanislaus Girisonta dilihat dari perspektif sudut bidik samping pintu gerbang kolese. (Mathias Hariyadi)

Panti Semedi Sangkal Putung

Tahun 1968, Jesuit mendirikan rumah retret lain di Klaten yang kini dikenal sebagai Rumah Retret  atau Panti Semedi Sangkalputung. Pada mulanya kedua rumah retret yang ditangani Jesuit ini memiliki pelayanan yang sama. Dengan cakupan wilayah yang berbeda.

Namun perlahan, Rumah Retret Girisonta lebih mengarahkan diri pada pelayanan untuk para imam dan religius bagi proses ongoing formation (bina lanjut mereka).

Kehadiran Romo Antonius Soenarja SJ dan kemudian Josephus Darminta SJ –-keduanya mantan Provinsial– semakin memfokuskan pelayanan Rumah Retret Girisonta terutama untuk para imam dan religius.

Berubah menjadi Puspita

Kemudian Rumah Retret Girisonta mengubah identitas diri sebagai Puspita (Pusat Spiritualitas Girisonta). Perubahan ini menunjukkan fokus pelayanan. Bukan lagi pada kegiatan retret kelompok, entah sekolah ataupun umat umum. Namun pada retret-retret pribadi maupun kursus-kursus bagi bina lanjut.

Pada mulanya, memang imam dan religius yang dilayani. Akan tetapi lama-lama semakin banyak juga kaum awam yang datang ke Girisonta. Entah untuk retret atau pun mengikuti kursus.

Secara statisti, kini angka prosentase yang dilayani Puspita justru lebih banyak kaum awam. Baru kemudian, awam, kelompok suster biarawati dari berbagai tarekat. Sedangkan kalangan imam dan bruder tidak sangat besar.

Retret pribadi baik kurun waktu delapan atau 30 hari semakin dicari. Tetapi juga ada permintaan pelayanan untuk retret tiga  atau enam hari.

Khusus retret 30 hari

Tentu tidak semua diterima untuk retret 30 hari –retret Ignasian seturut proses Latihan Rohani Santo Ignasius.

Mereka yang diterima adalah yang sudah beberapa kali menjalani retret delapan hari, retret bimbingan pribadi.

Namun, kini semakin banyak permintaan retret 30 hari untuk para calon imam, terlebih bagi persiapan tahbisan. Baik untuk calon imam religius maupun diosesan.

Bisa dikatakan pelayanan utama Puspita kini adalah retret:

  • Pribadi (sesuai permintaan pribadi).
  • Retret delapan dan 30 hari.
  • Retret tematis: retret Laudato Si atau retret pelayanan kepada kaum miskin.
  • Beberapa tema-tema lain juga pernah dibuat.
Kapel Rumah Retret Girisonta. (Sr. Ludovika OSA)
Halaman dalam Rumah Retret Girisonta. (Sr. Ludovika OSA)
Para suster berbagai tarekat mengikuti program retret bimbingan pribadi dengan Romo Josephus Darminta SJ. (Sr. Ludovika OSA)

Kursus-kursus yang diadakan temanya beragam, tergantung usulan maupun ketersediaan tenaga pengisi yang ada.

Sebagai institusi pelayanan milik Ordo Serikat Jesus, pelayanan Puspita juga mengikuti perhatian misioner Jesuit sebagai tarekat religius.

Kini berbagai upaya dibuat untuk mengaplikasikan pilihan apostolis Serikat Jesus: diskresi dan Latihan Rohani, perhatian pada kaum miskin dan mereka yang tersingkir, pelayanan kepada kaum muda, dan pemeliharaan akan rumah bersama: bumi ini.

Belum semua diwujudnyatakan dalam program-program kursus, karena tidak senantiasa tema-tema tersebut menarik minat peserta. Di tengah masa pandemi ini, Puspita baru membuka pelayanan bagi retret-retret pribadi.

Telah 90 tahun perjalanan Rumah Retret Girisonta atau Pusat Spiritualitas Girisonta (Puspita). Banyak kalangan pernah dan telah dilayani.

Perjalanan panjang masih membentang. Maka upaya bagi peningkatan pelayanan masih perlu dibuat.

Ini agar Puspita dapat semakin memberikan pelayanan yang baik. Bagi pewartaan Sukacita Injil dan bagi Kemuliaan Allah yang lebih besar.

Kolese Santo Stanislaus Kotska di Girisonta di mana berlokasi Novisiat Serikat Jesus. (Mathias Hariyadi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here