MENEMUKAN titik awal dan titik akhir suatu lingkaran tidaklah mudah. Bukankah keduanya menyatu dan membuat rangkaian titik-titik itu suatu lingkaran?
Mencermati dua bacaan hari ini (Wahyu 22: 1-7 dan Lukas 21: 34-36), orang seolah-olah diajak melihat dua titik dalam suatu lingkaran kehidupan.
Injil mengajak untuk waspada di akhir hidup. “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi.” (Lukas 21: 34).
Sedangkan Kitab Wahyu mewartakan tentang dunia baru. Orang bagaikan diajak masuk kembali ke Taman Firdaus, kehidupan asli yang telah diperbarui.
“Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.
Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.” (Wahyu 22: 1-2).
Itulah sebagian gambaran dunia baru yang menjadi “tempat” bagi mereka yang menaati Tuhan. Tidak seperti Hawa dan Adam yang melanggar pesan Tuhan mereka dipulihkan dan disegarkan dalam hidup baru yang amat indah dan membahagiakan.
Di sana tidak ditemukan lagi malapetaka dan nasib buruk manusia. “Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya.” (Wahyu 22: 3).
Pada hari terakhir liturgi Gereja tahun C ini, orang diajak untuk masuk ke dalam masa adven. Besok kita akan mulai Minggu Pertama Adven. Dalam masa itu orang mempersiapkan diri menyambut kelahiran Tuhan.
Dialah yang datang untuk memulihkan dunia ini dari dosa dan kematian masuk ke dalam dunia baru yang indah seperti di Taman Firdaus dahulu. Dialah yang menghubungkan dua titik, yakni akhir dunia fana dan awal dunia baka.
Kepada-Nya orang diajak berdoa, “Maranata; datanglah Tuhan Yesus!”
Sabtu, 26 November 2022
